Friday, April 22, 2011

Jilid 1

TAFSIR IBNU KATSIR
Jilid 1

Terjemah Singkat
TAFS1R IBNU MTS1ER
Jilid 1
Diterjemahkan oieh:
H. SALIM BAHREISY
H. SAID BAHREISY

1988

Daftar Isi
Kata Pengantar . xi
Kata Pengantar dari Ibnu Katstr . xiii
Tugas Para Ulama . xvii
Cara Tafsir yang terbaik . xviii
Rasulullah saw. ketika mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman . xv
Mengenai Cerita Isra'iliyat . . xix
Peringatan . xxi
Muqaddimah Yang Penting Disebut Sebelum Tafeir al-Fatihah . 1
Surat al-Fatihah . 3
Hadis-hadis Tentang Fadhilah al-Fatihah . 4
Penjelasan yang berhubungan dengan hadis mi dan soal Fatihah . 8
Mengenai bacaan Fatihah dalam Shalat . 8
Tafsir Isti'azah (Ta'awwudz): Audzubillahi . 14
Tafsir Surat al-Fatihah . 16
Contoh Shiraat Mustaqtm . 27
Mengapakah seorang Mukmin minta hidayat? . 28
AI-Baqarah .i. 31
Fadhilah kelebihan surat al-Baqarah . 31
Tafeir surat al-Baqarah Alif Laam Mum . 35
Ayat ke-2, 3, 4, 5 menyebut sifat orang muttaqin . 36
Ayat ke-6, 7 menyebut sifat orang kafir . 44
Ayat ke-8, 16 menerangkan sifat orang munafik . S3
Ayat ke-17-20 contoh perumpamaan orang munafik . 53
Ayat ke-21-22 tuntunan mengenal Allah dalam fauhid . 57
Ayat ke-23-24 tuntunan mengenal Allah dalam tauhid . 62
Ayat ke-25 penghibur bagi orang yang beriman . 70
Ayat ke-26 contoh orang dalam menanggapt perumpamaan (contoh) . 72
Ayat ke-28 menerangkan kekafiran itu menyalahi jalannya akal sehat . 77

v
Ayat ke-29 menerangkan bahwa semua yang di bumi dijadi-kan Allah untuk kepentingan manusta . 78
Ayat ke-30 pemberitahuan Allah kepada Malaikat akan menjadi Khalifah . 80
Ayat ke-31 Nabi Adam diajar semua nama oleh Allah SWT. untuk menunjukkan kelebihan Adam untuk menjabat khali-fah . 83
Ayat ke-34 perintah Allah kepada Malaikat untuk sujud kepada Adam a.s. . 86
Ayat ke-35-36 Adam bertempat di surga, kemudian tunin untuk menjabat tugasnya sebagai khalifah . 90
Ayat 40 panggilan Allah kepada Bani Israil supaya menepati janji, tugas perintah Allah. Ayat 41 perintah percaya kepada al-Quran . 96
Ayat 45 tuntunan berpegang kepada kesabaran dan shalat dalam menghadapi segala persoalan hidup dan kehidupan . 105 Ayat 47-66 mengenai riwayat Bani Israil di berbagai sifat-sifat dan sikap mereka dalam agama. 109
Ayat 67-77 kisah lembu Bani Israil . 135
Ayat 75-80 kembali menyinggung sifat Bani Israil . 143
Ayat 83 Allah menerangkan tugas yang ditunmkan pada Bani Israil tidak berbeda dengan yang diwajibkan atas semua Mukmin sepanjang masa . 149
Ayat 84 dan selanjutnya kembali menerangkan permainan Bani Israil terhadap hukum Allah dengan akal-akalan supaya tiap Mukmin waspada mawas din jangan sampai terkena kejangkitan sifat-sifat Bani Israil . 151
Ayat 97-98 pernyataan Bani Israil sebagai musuh Jibril . 163
Ayat 99-103 menerangkan orang-orang yang mengutamakan ilmu sihir daripada kitab Allah . 170
Ayat 104 mengingatkan kepada kaum Muslimin jangan menggunakan kalimat yang dapat disalahgunakan oleh la-wan Islam . 183
Ayat 105 mengungkapkan hasrat semua orang kafir musyrik terhadap kaum Muslimin . 183
Ayat 106 menerangkan nasikh mansukh . 184
Ayat 108 menerangkan in hati orang untuk mengembalikan kamu menjadi kafir . 188
Ayat 111 menerangkan lamunan orang Yahudi dan Na-
shara . 193
Ayat 112 Allah hanya menerima yang benar-benar Islam dan

vi

patuh pada tuntunan Rasulullah saw . 193
Ayat 113 menerangkan tiap orang beragama merasa agama-nyalah yang benar . 193
Ayat 114 pernyataan kejahatan dari orang yang berani me-rintangi orang untuk ibadah di Baitullah . 197
Ayat 115 untuk mengingatkan tujuan qiblat itu hanya meng-hadap kepada Allah, jangan fanatik timur atau barat . 199
Ayat 120 peringatan Allah bahwa Yahudi dan Nashara tak kan puas memasukkan orang Islam ke agamanya, «upaya orang Islam jangan tertipu . 206
Ayat 124 contoh orang Islam, iman yang sesungguhnya da-ri Ibrahim a.s. . 209
Ayat 125-128 mengenai bangunan Ka'bah serta doa Nabi Ibrahim a.s . 216
Ayat 132 Wasiat Ibrahim dan Yaqub supaya anak cucunya tetap beragama Islam hingga mati . 221
Ayat 136 tuntunan iman kepada Allah dan semua Rasu.1 dan semua Kitab Allah . 245
Ayat 142 menerangkan suara fitnah yang akan keluar sete-lah perubahan kiblat . 251
Ayat 144-150 menetapkan kiblat Ka'bah untuk umat Muhammad saw. hingga hari kiamat di mana saja mereka ber-ada . 260
Ayat 152-153 anjuran supaya tetap selalu berzikir, tabah
sabar dan selalu -hubungan shalat kepada Allah . 268
Ayat 154 menerangkan bahwa orang mati syahid fi sabilillah tetap hidup di surga dan tidak mati . 272
Ayat 155-157 ujian Allah terhadap tiap Mukmin dan pahala orang sabar . 275
Ayat! 159-162 ancaman kutukan terhadap orang yang menyem-bunyikan ajaran Allah . 282
Ayat 163-164 kembali kepada tuntunan tauhid mengenalkan
kekuasaan Allah yang mutlak dan luas meliputi kcseluruh-
an .*.-. 284
Ayat 165-166-167 menerangkan hubungan pemimpin dan pengikut di hari k$amal_saling tuduh menuduh . 287
Ayat 168-169 Allah menyatakan semua makanan yang baik halal dan terpengaruh oleh bisikan setan yang berlawanan dengan ajaran Allah . 289
Ayat 170-171 contoh fanatiknya orang kafir . 291
Ayat 172-173 menyatakan makanan yang baik semua hatal,

vii

sedang yang haram dari makanan yang biasa ialah bangkai, darah, babi dan sembelihan tidak karena Allah . 293
Ayat 174 tuntunan terhadap orang yang menyembunyikan ajaran kitab Allah atau menukarkannya dengan kekayaan dunia ."296
Ayat 177 tuntunan iman dan takwa yang sesungguhnya da-lam berbagai kepercayaan dan amal perbuatan yang tidak dapat dipisah . 299
Ayat 178-179 hukum qishash . 304
Ayat 180-181-182 mengenai wajib berwasiat jika akan ma-
ti . 308
Ayat 183-187 hukum puasa . 312
Ayat 188 laraogan menyuap hakim . 333
Ayat 189 keterangan mengenai hilal . 334
Ayat 190 perintah perang jihad fi sabilitlah 193: perintah jihad untuk menghapus fitnah . 336
Ayat 194 menerangkan kehormatan bulan haram . 341
Ayat 195 peringatan jangan membinasakan diri . 342
Ayat 196-203.mengenai urusan haji, umrah . 344
Ayat 204-206 menyatakan adanya manusia yang manis lidah dan jahat hatinya, supaya seorang Mukmin waspada . 362
Ayat 207 menerangkan ada juga manusia mengorbankan ji-wanya untuk mencapai ridha Allah. Riwayat Shuhaib bin Sinan Arrumi r.a. . 362
Ayat 208-209 mengajak semua Mukmin supaya masuk Islam keselunihannya jangan hanya beriman sebagian dan enggan sebagian . 366
Ayat 212 menerangkan adanya orang kafir yang mengejek orang Mukmin . 368
Ayat 213 dahulunya manusia bersatu dalam agama, kemu-dian timbul iri hati dan hasud sehingga berselisih dan ber-tengkar . 371
Ayat 214 menjelaskan bahwa untuk masuk surga haras me-lalui ujian . 374
Ayat 215 letak naflcah dan sedekah yang utama . 376
Ayat 217 haram berperang dalam bulan haram, dan fitnah lebih bahaya dari pembunuhan . 378
Ayat 219 mengenai hukum khamr (minuman yang mema-bukkanjdan judi), ayat 220 memelihara anak yatim . 382
Ayat 221 larangan mengawini wanita musyrikat, atau menga-winkan orang musyrik dengan wanita Islam . 386

viii

Ayat 222 istri yang sedang tidak boleh dijimak . 389
Ayat 223 bebas cara jimak pada istri asalkan di farji . 389
Ayat 224-225 larangan bersumpah tidak akan berbuat baik . 396 Ayat 226-227 hukum Ila' (sumpah tidak akan jimak pada istrinya) . 399
Ayat 228-232 hukum talak (cerai) . 403
Ayat 233 hukum wanita yang meneteki bayi . 423
Ayat 234 hukum iddah istri jika kematian suaminya . 425
Ayat 235 tidak berdosa meminang wanita dalam iddah jika berupa kata sindiran dan tidak langsung berupa pinangan . 428 Ayat 236-237 hukum istri yang dicerai sebelum bersetubuh Qimak) . 431
Ayat 238-239 perintah menjaga waktu shalat, dan caranya dalam keadaan yang sangat menakutkan . 434
Ayat 240 mengenai hukum iddah yang mansukh . 439
Ayat 241 hukum pemberian penghiburan bagi wanita yang ditalak . 439
Ayat 243 menceritakan beribu-ribu orang yang melarikan
diri dari bahaya maut akhirnya mati di tengah jalan . 442
Ayat 245 pengeluaran uang untuk perjuangan sama dengan menghulangi Allah yang akan dibayar berlipat-lipat ganda . 442 Ayat 246-251 mengenai kisah raja Thalut dan Jalut . 445
Ayat 255 Ayatul Kursi . 456
Ayat 258 pcrdebatan Nabi Ibrahim dengan raja Namrudz . 467 Ayat 259 riwayat Uzair dan cara Allah menghidupkan yang sudah mati '.„., 470
Ayat 261 mencontohkan pahala orang bersedekah fisabilil-
lah . 473
Ayat 262-266 contoh sedekah yang bakal diterima dan yang tertolak lengkap dengan perumpamaannya . 476
Ayat 267 perintah wajib zakat harta penghasilan . 482
Ayat 268 setan menggoda supaya orang enggan bersedekah . 482
Ayat 271 sedekah terang atau sembunyian itu sama pahala-nya, bahkan lebih terjamin selamat jika sembunyian, . 488
Ayat 273 letak sedekah yang baik untuk pejuang yang fakir . 491
Ayat 275-276 haram makan harta riba dan contohnya dalam penghidupan . 4%
Ayat 278-279 pemakan riba berarti menyatakan perang pa-da Allah. 506

ix

Ayat 280 anjuran supaya member! tempo pada yang berhu-tang bila betum dapat membayar karena keadaan masih sempit . 506
Ayat 282 hutang piutang hams dicatatlditulis . 513
Ayat 283 jika hutang piutang tanpa penulis boleh dengan memberi tanggungan barang atau lainnya . 520
Ayat 284 menjelaskan kekuasaan Allah meliputi langit,
bumi dan kekuasaan sepenuhnya di tangan Allah . 522
Ayat 285 pujian Allah terhadap orang sungguh patuh taat pada Allah dan Rasulullah . 527
Dan sebagai ayat penutup surat al-Baqarah 286 Allah mengajar-kan doa kepada tiap pembaca al-Quran dan tiap Mukmin supaya berdoa sebagaimana yang diajarkan itu dan Allah past! menerimanya . o27

x

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahlm
"Alhamdu lillahil ladzi hadaa naa lihadza, wamaa kunna linah tadiya laulaa an hadaa naa Allah, was shalatu wassalaa mu ala sayyidinaa Rasulillah Muhammad bin Abdillah, wa ala aalihi wasahbihi woman tab'a hudaa hu ila yaumi yal qaahu".
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas segala karunia dan nikmatNya, kini kami dapat menyajikan kepada sidang pembaca yang berminat terjemahan kitab tafsir al-Quranul Karim karangan Ibn Katsier seorang ulama besar ahli tafsir, hadis dan sejarah yang hidup di abad kedelapan Hijriah.
Sengaja kami memilih Tafsir Ibn Katsier ini di antara kitab tafsir yang terbit sejak abad penama Hijriah hingga kini, adalah karena tafsir Ibn Katsier ini meskipun agak singkat dan kecil dibanding dengan tafsir-tafsir yang besar-besar, kami anggap cukup untuk memenuhi hajat orang yang ingin memahami dan mempelajari isi al-Quran secara mendalam, terutama karena Ibn Katsier dalam menafsirkan ayat-ayat mengutamakan dan mengambilkan penjelasan dari lain ayat jika terdapat penjelasannya di lain ayat, jika tidak maka langsung mencari keterangan ayat dari hadis Nabi saw. Kemudian kepada peristiwa yang terjadi'di masa Nabi saw. dan para sahabat-sahabatnya, yang berkaitan dengan maksud tujuan ayat yang bersangkutan.
Penerjemahan ini kami lakukan agak bebas dan tidak terlalu letterlik (harfiyah), hahkan jika dalam penafsiran sesuatu ayat kami temui beberapa hadis yang maksudnya bersamaan, maka kami merasa cukup satu atau dua hadis tersebut. Demikian pula mengenai sanad, tangsung kami sebut nama sahabat yang mendengarnya dari Rasulullah saw.
Syahdan, tujuan kami dengan terjemahan ini untuk mendekatkan al-Quran sebagai sumber agama Islam dan himpunan wahyu Ilahi kepada jangkauan pafa peminat yang belum menguasai bahasa Arab, tetapi berhasrat mempelajari dan mema-

xi

hami serta mendalami pengetahuannya tentang kitab suci itu, tentang hukum-hukum agama yang bersumber dari ayat-ayat-nya, tentang hikmat dan ibrah yang dapat ditarik dari rangkaian kisah-kisahnya, tentang tuntunan akhlak budi pekerti yang digariskan untuk menjadi pedoman hidup dan sikap bermasyarakat bagi umat manusia, dan tentang tata bahasanya dan susunan kata-katanya yang bernafaskan sastra yang tinggi yang telah menjadi tantangan bagi pujangga-pujangga bahasa pada masa diturunkannya hingga akhir zaman nanti. Maka tepat dan be-narlah jika al-Quran disejajarkan sebagai mukjizat abadi di samping mukjizat-mukjizat yang lainnya yang dikaruniakan .Allah untuk mendukung kebenaran dan keaslian risalah Nabi Besar Muhammad saw.
Semoga Allah SWT. menerima karya ini sebagai amal bakti kepadaNya dalam rangka sabda Rasulullah saw., "Jika seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amal usahanya kecuali tiga:
1. Sedekah Jariyah.
2. Ilmu yang dipergunakannya (disebarkannya).
3. Dan anak salih yang berdoa untuknya".
Hanya kepada Allah kami mohon taufik. inayah dan hidayah. Dan kepadaNya pula kami bertobat. Amin, am in, amin!

xii

Kata Pengantar dari Ibn Katsier
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi wahdahu, wa asyhadu an la ilaha illallah, wa anna Muhammad abduhu warasuluhu. Shallallahu alaihi wa ala aalihi wasahbihi waman tabi'a hudaahu Ha yaumi yalqaahu.
Tuan guru al-Hafidh Imaaduddin Abul Fidaa' (Ismail bin Katsier) r.a. telah berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah membuka kitabNya dengan kalimat puji, maka Allah berfirman: „.
Nya:
Segala puji bagi Allah Tuhan yang memelihara alam semesta. (al-Fatihah).
Dan memulai penciptaanNya dengan puji, dalam firman
Segala puji bagi Allah yang mencipta langit dan burnt, dan menjadikan berbagai kegelapan dan penerangan. (al-An'aam).
Kemudian sesudah menyebut putusan terhadap ahli surga dan neraka juga menyebut puji dalam firman-Nya:

xiii

Dan sesudah diputuskan di antara mereka dengan hak, lalu dikatakan, "Segala puji bagi Allah yang memelihara sekalian alam". (az-Zumar 75).

Maka puji itu hanya bagi Allah sejak awal sampai akhir, terhadap semua yang telah diciptakan atau yang akan diciptakan, maka Dia-lah yang terpuji dalam semua itu, karena itu Allah menjadikan nafas ahli surga berbunyi tasbih dan-tahmid ke-pada Allah, sebagaimana firmanNya: Seruan mereka dalam surga, "Subhanaka AUahuntma" (Mahasuci Engkau Tuhan) sedang sambutan mercka ucapan, "Salaam" (Selamat sejahtera), dan seruan yang akhir dari mereka, "Alhamdu lillahi rabbit alamiin". (Yunus 10).

Kemudian segala puji bagi Allah karena telah mengutus beberapa Utusan-Nya untuk menyampaikan berita gembira di samping peringatan yang tajam dan ancaman, supaya tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak beriman sesudah tibanya para Rasul itu. Dan Allah telah menutup Rasul-rasul itu dengan Na-bi Muhammad saw. Nabi yang urn mi, dari bangsa Arab kelahir-an kota Makkah, yang memberi tuntunan ke jalan yang sarigat jelas dan gamblang, diutus kepada semua umat manusia dan jin sejak diutus hingga hari kiamat sebagaimana firman Allah: Katakanlah, "Hai semua manusia, sesungguhnya aku utus-an Allah kepada kalian semuanya". (al-A'raaf 158)
xiv

Dan firman Allah: Untuk mempen'ngatkan kepada kalian dan siapa saja yang sampai kepadanya ajaran ini. (al-An'aam 19).

Dan sabda Nabi saw.: Aku diutus kepada orang-orang berkulit pufih dan hitam (berwarna).

Maka Nabi Muhammad saw. utusan Allah kepada manusia dan jin, untuk menyampaikan apa yang diturunkan oleh Allah kepadanya berupa wahyu yang berupa kitab al-Quran yang tidak dihinggapi kebatilan dari depan atau belakang (dari awal hingga akhirnya) benar-benar diturunkan oleh Tuhan Allah yang Maha Bijaksana lagi Terpuji.

Tugas para Ulama

Maka tugas kewajiban para ulama harus menggali dan mengungkap arti firman Allah dan mempelajari Tiikmat yang terkandung di dalamnya, kemudian mengajarkan dan menye-barkannya, sebagaimana firman Allah: Perhatikanlah, ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah menerima kitab Allah, harus menerang-kannya kepada semua orang, dan jangan menyembunyikannya.Tiba-tiba mereka membuang janji itu di belakang punggung mereka, dan mereka menukarkan janji itu de-

xv

ngan kekayaan dunia yang sedikit. Maka sungguh busuk apa yang mereka terima itu. (Ali Imran 187).

Ayat ini menyatakan bahawa Allah telah mencela ahli kitab (orang yang mengerti kitab Allah) lalu mengabaikannya, karena semata-mata mengejar kekayaan dan keuntungan dunia.

Karena itu tugas kewajiban kita, umat Islam menjauhkan diri dari apa yang telah dicela oleh Allah, dart benar-benar me-nurut apa yang diperintah Allah, yaitu mempelajari kitab Allah yang diturunkan kepada kita, kemudian mengajarkannya, serta menghayati sedalam-dalamnya. Sebagaimana firman Allah:

Tidakkah telah tiba masanya bagi orang yang beriman untuk khusyuk hati (jiwa) mereka kepada ajaran Allah, dan apa-apa yang telah diturunkan-Nya dari hak kebcnaraa. (al-Hadid 16).

Dalam ayat ini Allah mengingatkan, Sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang telah mati, demikian pula dapat menghidupkan hati (jiwa) dengan iman, dan melunakkannya se-sudah menjadi keras karena dosa dan maksiat. Dan kepada Allah harapan kami semoga memberi petunjuk hidayat-Nya kepada kami, sungguh Dia Maha Pemurah dan Maha Pemberi.

Cara tafsir yang terbaik

Maka jika ditanya, "Bagaimana cara tafsir yang terbaik?"

Jawabnya, "Sebaik-baik dan setepat-tcpat cara ialah, me-nafsirkan ayat dengan ayat al-Quran, sebab ada kalanya yang disingkat di suatu ayat diperincildiperjelas di lain ayat, tetapi jika tidak mendapatkan pengertian dari ayat, maka kembalilah kepada Sunnaturrasul saw. sebab Sunnaturrasul itulah yang mensyarahkan al-Quran dan menjelaskannya, Sebagaimana firman Allah;

xvi

Dan tiadalah Kami turunkan kitab kepadamu, melainkan supaya kamu jelaskan kepada mereka apa yang mercka perselmhkan, juga untuk menjadi petunjuk hidayat dan rahmat bagi kaum yang beriman (percaya). (an-Nahl 64).

Karena itu pula Nabi saw. bersabda:

Ingatlah sungguh aku telah dituruni (diberi) al-Quran dan yang serupa dengan al-Quran di samping al-Quran (yakni sunnaturrasul saw.). (HR. Abu Dawud dari al Miqdam bin Ma'di Karib r.a.).

Sebab sunnaturrasul saw. itu juga sebagai wahyu yang turun pada Nabi saw. hanya berbeda letaknya. Sebagaimana Firman Allah:

Wa maa yanthiqu anil hawa in huwa ilia wahyun yuuhaa. Dan tiadalah Nabi Muhammad itu berkata-kata menurutkan hawa nafsunya, tidak lain yang ia ajarkan semata-mata wahyu yang diwahyukan Allah kepadanya. (an-Najm).

Tujuannya supaya anda mencari tafsir ayat al-Quran dari lain ayat, jika tidak dapat maka carilah dari sunnaturrasul, sebagai mana tuntunan Rasulullah saw. kepada Muadz bin Jabal r.a. ketika mengutus ke Yaman:

Rasulullah saw., "Dengan apakah anda akan menghukum?" Muadz, 'Dengan kitab Allah'. Rasulullah saw,, "Jika anda tidak mendapatkannya?" Muadz, 'Dengan sunnaturrasul saw. ' Rasulullah saw., "Jika anda tidak mendapat-

xvii

kannya?" Muadz, 'Saya akan ijtihad sekuat pikiranku'. Maka Rasulullah saw. menepuk dadanya sambil bersabda, "Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah) yang telah memberi taufik kepada Utusan Rasulullah kepada apa yang memuaskan Rasulullah saw". (HR. Ahlussunan dan al-Musnad dengan sanad baik).

Yakni jika kita tidak mendapatkan tafsiran ayat itu dari ayat al-Quran kemudian tidak menemukan keterangannya dalam sunnaturrasul, maka kita mencari pendapat sahabat Nabi saw. Sebab mereka lebih mengetahui, sebab mereka mengetahui masa turunnya ayat dan sebabnya dan keadaannya selain dari semua itu mereka orang-orang yang ikhlas dan ahli takwa sehingga mereka mempunyai paham yang sempurna dan pengetahuan yang sehat, terutama ulama dan pemimpin mereka seperti khulafaurrasyidin yang telah mendapat hidayat.

Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata, "Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, tiada seayat pun dari Kitab Allah melainkan aku telah mengetahui di mana turunnya atau terhadap siapa turunnya, karena itu sekiranya aku mengetahui ada orang yang lebih mengetahui dari padaku mengenai ayat dalam Kitab Allah, sedang tern pat orang itu dapat dicapai dengan kendaraan pasti aku akan datang belajar kepadanya."

Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata, "Biasa seorang di antara kami (sahabat) jika belajar sepuluh ayat tidak melebihinya (tidak melewatinya) sehingga mengerti benar artinya dan cara melaksanakannya (mengamalkannya)."

Abu Abdurrahman as-Sulami berkata, "Kami diberitahu oleh guru-guru yang mengajar al-Ouran bahwa mereka dahulu belajar al-Quran dari Nabi saw. sepuluh ayat, maka tidak minta tambah, kecuali sesudah dipraktekkannya (cara mengamalkan dan menyesuaikan din dengan tuntunan ayat itu)."

Dan di antara ulama sahabat ialah Abdullah bin Abbas r.a. yang telah didoakan oleh Nabi saw.:
"Ya Allah pandaikan ia dalam agama, dan ajarkan kepadanya ilmu tafsir (Takwil al-Ouran)".

xvii

Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata, "Sebaik-baik penerjemah al-Quran yakni penafsir, ialah Abdullah bin Abbas r.a.*1
Abdullah bin Mas'ud r.a. telah wafat pada tahun 32 H., sedang Abdullah bin Abbas r.a. lanjut umur sesudah Abdullah bin Mas'ud sekira 36 tahun.

Abu Wa'il berkata, "Imam AH r.a. mengangkat Abdullah bin Abbas sebagai pimpinan haji, maka ia khotbah menafsirkan surat al-Baqarah atau an-Nur yang andaikan ketika itu didengar oleh orang-orang Rum, Persia dan Dailam pasti mereka masuk Islam."

Karena itulah maka as-Suddi dalam tafsirnya selalu menyebut keterangan Abdullah bin Mas'ud dan Ibnu Abbas r.a. Mes-kipun ada kalanya membawakan keterangan ahli kitab yang telah diizinkan oleh Nabi saw.:

Sampaikan dari ajaranku walau hanya satu ayat, dan ceri-terakan ha! Bani Israil dan tidak berdosa, dan siapa bcr-ditsta atas namaku dengan sengaja aendaklah menempatkan diri dalam neraka. (HR. Bukhari dari Abdullah bin Amr r.a.).

Sebab Abdullah bin Amr ketika perang al-Yarmuk mendapat dua gerobak kitab-kitab ahlil kitab, maka dari itulah ia sering membawakan cerita ahli kitab sepanjang yang dimengerti dari izin Nabi saw. itu.

Dan cerita Israiliyat itu boleh disebut untuk bukti adanya persakstan sebagai saksi, tetapi tidak boleh dijadikan pegangan dan hujjah. Sedang centera Israiliyat itu terbagi tiga:
1. Yang sesuai kebenarannya dengan apa yang ada pada kita, maka itu benar.
2. Yang jelas dusta karena menyalahi yang ada pada kita.

xix

3. Yang didiamkan, yaitu yang tidak ada keterangan kebenaran pada kita dan tidak menyalahi apa yang ada pada kita, maka terhadap yang demikian kita tidak percaya dan tidak mendustakannya, hanya boleh dijadikan ceritera hikayat. Dan kebanyakan tidak penting dalam agama. Seperti nama ashabulkahfi dan bilangan mereka, sedang Allah telah mengajarkan kepada kita cara menghadapi berita-berita yang serupa itu dalam surat al-Kahfi ayat 22. Yang artinya kurang lebih demikian, "Mereka akan berkata mereka bertiga sedang yang keempat adalah anjingnya, dan ada yang berkata, Mereka lima orang dan yang keenam anjingnya, semua itu sekedar meraba sesuatu yang gaib, juga ada yang berkata, Mereka tujuh orang sedang yang kedelapan anjingnya. Katakan kepada mereka, Tuhanku yang lebih mengetahui bilangan mereka, tiada yang mengetahui dari mereka kecuali sedikit sekali. Karena itu anda jangan mendebat mereka kecuali perdebatan yang ringan, dan jangan sekali-kali minta fatwa kepada mereka mengenai hal-hal gaib seperti itu. Yakni yang memang sengaja oleh Allah tidak disebut perincian satu persatunya*.

Pasal: Jika dalam tafsir tidak terdapat dalam al-Quran atau sunnaturrasul, juga tidak terdapat keterangan sahabat, maka para imam-imam yang dahulu langsung kembali kepada pendapat ulama tabi'in seperti Mujahid bin Jabir yang terkenal tokoh ahli tafsir, ia berkata, "Saya telah belajar dari Abdullah bin Abbas dari surat al-Fatihah hingga khatam berulang tiga kali, saya tanyakan kepadanya tiap ayat."

Ibn Abi Malikah berkata, "Saya telah melihat Mujahid membawa buku catatannya kepada Abdullah bin Abbas untuk menanyakan kepadanya tafsir al-Quran semuanya, sedang Abdullah bin Abbas selalu menunjuk kepadanya tulislah ini."

Sufyan ats-Tsauri berkata, "Jika anda mendapat keterangan tafsir dari Mujahid maka cukuplah dan peganglah. Juga Said bin Jubair, Ikrimah maula Ibn Abbas, Atha* bin Abi Rabaah, al-Hasan al-Bashri, Masruq bin al-Aida', Said bin al-Musayyab, Abul Aaliyah, ar-Rabie' bin Anas, Qatadah, adh-Dhahhaak bin Muzahim dan lain-Iainnya dari ulama tabi'in dan pengikut mereka, maka boleh anda sebut keterangan mereka, dan mungkin terdapat perbedaan kalimat sehingga dikira oleh orang yang tidak berilmu bertentangan, padahal semuanya sama, hanya saja ada yang langsung menyebut aslinya, dan ada yang menyebut
xx
contoh bandingannya atau kaitannya, dan kesemuanya bertujuan sama.

Peringatan
Pendapat ulama tabi'in sama sekali tidak menjadi hujjah di dalam masalah furu', lebih-lebih dalam tafsir, yakni tidak menjadi hujjah, tetapi jika berbeda pendapat, maka mereka sama-sama kuatnya, yang satu tidak dapat membatalkan yang lain.

Adapun menafsirkan dengan dasar pendapat pikiran karena sudah mengerti bahasa Arab, maka hukumnya haram. Karena sabda Nabi saw. Ibn Abbas r.a. berkata: Nabi saw. bersabda:

Siapa yang mengartikan ayat al-Quran hanya dengan pen-dapatnya atau dengan dasar yang ia tidak mengetahuinya, maka hendaknya menempatkan dirinya dalam neraka. (HR. at-Tirmidzi, an-Nasa'i dan Ibn Jarir).

Jundub r.a. berkata, Nabi saw. ber sabda: Siapa yang mengartikan arti ayat al-Quran semata-mata dengan pendapatnya, maka ia telah keliru (bersalah). (HR. Ibn Jarir).

Di lain riwayat: Siapa yang berpendapat mengenai ayat kitab Allah hanya semata-mata berdasarkan akal pikiran, lalu benepatan benar maka itu pun salah. (Hadis Gharib Riwayat at-Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasa'i).

xxi

Dia salah karena dia memaksa diri untuk menyatakan sesuatu yang dia tidak mengetahui sebenarnya, maka dia telah melalui jalan yang melanggar tuntunan perintah maka ia salah, sebab ia tidak melalui jalan yang lazim. Karena itu pula Allah telah menamakan orang yang menuduh berzina itu pendusta, meskipun menurut perkiraannya benar, dalam ayat 13 surat an Nur.

Karena itulah maka kebanyakan sahabat Nabi saw. takut berdosa jika akan menafsirkan sesuatu yang belum mereka ketahui.

Abu Bakar as-Siddiq r.a. berkata, "Langit yang mana akan dapat menaungi aku, atau bumi yang mana yang dapat aku pijak, jika mengatakan sesuatu dalam kitab yang belum aku ketahui."

Anas r.a. berkata, "Ketika Umar r.a. di atas mimbar membaca ayat; 'Wa fa kihatan wa abba , ia berkata, Fakihah sudah kami ketahui tetapi apakah abba, kemudian ia berkata kepada dirinya sendiri, Ini termasuk paksa diri hai Umar'. Sebenarnya dari ayat telah jelas bahwa itu termasuk tumbuhan yang ditumbuhkan oleh Allah sebagaimana yang lain-lainnya, tetapi untuk mengetahui yang manakah itu, ini yang dinamakan takkalluf pakasa raba-raba."

Seseorang bertanya kepada Abdullah bin Abbas tentang ayat, Tiyaumin kaana miqdaarruhu alfa sanah', Oleh Abdullah bin Abbas ditanya, "Apakah ayat Fi yaumin kaana miqdaaruhu khamsina alfa sanah?" Orang itu berkata, "Aku bertanya untuk mendapatkan keterangan dari padamu." Jawab Ibn Abbas, "Keduanya hari yang disebut oleh Allah, dan Allah yang lebih mengetahuinya."

Ubaidillah bin Umar r.a. berkata, "Saya telah mendapati ulama Madinah, mereka benar-benar menganggap besar orang yang berani menafsirkan al-Quran."

Ubaidah as-Salmani ditanya tentang pengertian ayat al-Quran, dijawab, "Sudah tidak ada orang-orang yang mengetahui mengenai apa turunnya ayat al-Quran itu, karena itu hendaknya anda bertakwa pada Allah dan berhati-hati."

Masruq berkata, "Berhati-hatilah kalian dalam tafsir, sebab berarti meriwayatkan sesuatu dari Allah."

xxii

Semua riwayat itu benar sahih, dan mereka ulama salaf takut menafsirkan ayat yang tidak mereka ketahui, tetapi telah menerangkan ayat-ayat yang mengenai hukum yang telah mereka ketahui, mereka hanya menerangkan apa yang mereka ketahui dan diam terhadap apa yang belum mereka ketahui. Demikianlah kewajiban tiap muslim diam terhadap apa yang belum diketahuinya dan menerangkan apa yang benar-benar diketahuinya sebagaimana Firman Allah, "Harus kamu jelaskan kepada semua manusia dan jangan kamu sembunyikan".

Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: Siapa yang ditanyai suatu dalam agama yang ia ketahuinya kemudian ia menyembunyikannya maka akan dikendalikan mulutnya dengan kendali dari api neraka di hari kiamat. (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi).

Ibn Abbas r.a. berkata, Al-Quran diturunkan mengandung empat macam:
1. Halal dan haram yang tidak akan dimaafkan orang yang tidak mengetahui nya.
2. Bagian yang dapat ditafsirkan oleh semua orang yang mengerti bahasa Arab.
3. Bagian yang hanya ditafsirkan oleh para ulama.
4. Yang mutasyabih tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah.

xxiii

MUQADDIMAH YANG PENTING DISEBUT SEBELUM TAFSIR AL-FATfflAH

Abubakar al-Anbari meriwayatkan dari Ismail bin Ishaq, dari Hajjaj bin Minhal dari Hammam dari Qatadah berkata, "Al-Quran yang turun di Madinah surat-surat: al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisaa', al-Ma'idah, al-Bara'ah, ar-Ra'd, an-Nahl, al-Hajj, an-Nur, al-Ahzaab, Muhammad, al-Fath, al-Hujuraat, ar-Rahman, al-Hadid, al-Mujadalah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, as-Shaf, al-Jumuah, al-Munafiqun, at-Taghabun, at-Thalaq, se-puluh ayat dari permulaan surat at-Tahrim, az-Zalzalah (Idza Zulzilat, dan an-Nashr (Idz Jaa'a Nashrullah) dan selain ini semuanya turun di Makkah (yakni sebelum hij rah).

Adapun bilangan ayat al-Quran telah disepakati 6.000, kemudian untuk lebihnya berbeda pendapat, ada yang berkata, 6,236 dan ada yang kurang dari itu.

Adapun kalimatnya (katanya) maka Atha' bin Yasar berkata, 77,439 kata (kalimat). Adapun hururnya, maka al-Hajjaj telah mengumpulkan al-Qurraw wal Huffaadh dan berkata kepada mereka, "Beritakan kepadaku berapa huruf al-Quran?" Jawab mereka, "340,740 (tiga ratus empat puluh ribu tujuh ratus empat puluh)." Adapun juz-juz al-Quran ada tiga puluh juz. Adapun hizibnya maka dibagi tujuh hari, yakni tiap tujuh hari khatam.

Aus bin Hudzaifah menanya sahabat Nabi saw., "Bagaimana kamu membagi hizib al-Quran?" Jawab mereka, Tiga surat (yakni hari pertama), lima surat (kedua), tujuh surat (ketiga), sembilan surat (keempat) sebelas surat (kelima), tiga belas surat (keenam), dan hizib surat-surat al-Mufasshal sampai khatam (hari ketujuh)."

Adapun suratnya al-Quran maka 114 (seratus empat belas).

Pasal: Arti surat ialah ketinggian dan penerangan, seakan-akan pembaca al-Quran berpindah dari kedudukan ke tingkat yang lebih tinggi, atau karena mulianya, bagaikan benteng per-

1

tahanan kota yang amat tinggi. Ada juga yang mengartikan so'r (sisa) scbab ia adalah sebagian dari al-Quran.

Adapun arti- ayat ialah tanda. lalah tanda terputusnya ayat yang sebelumnya dengan ayat lanjutannya.
Ayat juga berarti bukti yang mengagumkan sehingga se-mua manusia tidak sanggup menandinginya. Ayat juga berarti sekelompok huruf dan kata-kata.
Adapun arti kalimat ialah sepatah kata yang sedikitnya ter-diri dari 2 huruf dan sebanyak-banyaknya sepuluh huruf, seperti la dan Ma, ft, dan layastakh lifannahum. Dan ada kalanya satu kalimat itu berupa satu ayat, seperti: Wal asri, wal fajri, Thaha, Yaasiin.
Pasal: Al-Qurthubi berkata, "Telah sepakat ulama, bahwa dalam al-Quran tidak ada kalimat ajami (bukan bahasa Arab), hanya kalimat yang berupa nama orang seperti: Ibrahim, Nuh, Luth." Dan ulama berbeda terhadap kalimat selain nama orang, maka al-Baqillani dan at-Thabari keduanya berkata, "Ji-ka terdapat kalimat yang menyamai a jam, maka itu termasuk kalimat yang bersamaan dalam bahasa -bahasa."

2

SURAT AL-FATIHAH
Diturunkan sebelum Hijrah, di Makkah; 7 ayat, 29 kali-mat, 131 huruf. Dan ada yang mengatakan; 7 ayat, 25 kalimat, 125 huruf.
Bernama at-Fatihah sebab menjadi pembukaan bacaan dalam sembahyang. Juga bernama Ummul Quran, Ummul Kitab, Assab'ul Matsani, al-Quranul Adhim.
Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:
Surat Alhamdu Hllahi rabbilaalamiin (al-Fatihah), ialah ummul Quran, juga ummul kitab, dan Assab'ul Matsani dan al-Quranul Adhim. (HR. at-Tirmidzi). Bukhari berkata, Bernama Ummul Quran: Induk dari al-Quran, karena ia mengandung semua isi al-Quran. Dan perta-ma yang ditulis dalam mushhaf, juga pertama dibaca dalam Ummul Kitab: Induk dari semua Kitab Allah yang telah ditu-runkan kepada Nabi-nabi-Nya, seakan-akan isi dari semua apa yang diwahyukan Allah kepada Nabi-nabi disimpulkan dalam Fatihah.
Assab'ul Matsani: Tujuh ayat pujian yang selalu diulang-ulang oleh setiap Muslim sekurang-kurangnya 17 kali dalam se-hari semalam, dalam salat fardu.

3

AI-Quran Azim; surat yang terbesar dalam al-Quran. Juga berana ash-Shalah, asy-Syifaa', ar-Ruqyah, al-Waqiyah, al-Kaflyah dan Asasul Quran.

Imam Ahmad juga meriwayatkan hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi hanya tidak pakai kalimat Ummul Kitab.

Hadis-hadis tentang Fadhilah al-Fatihah
1. Abu Said bin al-Mu'alla r.a. berkata, Ketika aku sedang salat, tiba-tiba dipanggil oleh Nabi saw. maka aku tidak menyambutnya hingga selesai salat, lalu aku datang kepadanya. Nabi saw. bertanya: "Apakah yang menahan anda untuk menyahut panggilan-ku?" Jawabku, 'Aku sedang salat.' Nabi saw. bersabda, "Tidakkah Allah berfirman: Hai orang yang beriman, sambutlah panggilan Allah dan Rasulullah, bila memanggil kalian untuk menghidupkan kalian. Kemudian Nabi saw. ber-

4

sabda, "Aku akan mengajarkan kepadamu surat yang terbesar dalam al-Quran sebelum keluar dari masjid ini". Lalu Rasulullah saw. memegang tanganku, kemudian ketika. akan keluar dari masjid saya ingatkan. 'Ya Rasulullah, tadi engkau akan mengajarkan kepadaku surat terbesar dalam al-Quran.' Jawab Nabi saw., "Benar, Alhamdu lillahi rabbil alamin, itulah Assab'ul Matsani dan al-Quran yang terbcsar yang tetah diturunkan Allah kepadaku". (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, an-Nasa'i dan Ibn Majah).

2. Abu Hurairah dari Ubay bin Ka'ab r.a. Rasuluflah saw. bersabda: Allah tiada menurunkan dalam Taurat dan Injil yang seperti (menyamai) Ummul Quran, ialah tujuh ayat pujian (assab'ul matsani), dan ia terbagi dua antara-Ku dengan hamba-Ku. (HR. an-Nasai, at-Tirmidzi).

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. berkata, Pada suatu hari, Nabi saw. keluar kepada Ubay bin Ka'ab, lalu meraanggil, "Ya, Ubay". Ubay menoleh, tetapi tidak menjawab (menyambutnya), lalu ta segerakan salatnya, kemudian pergi kepada Nabi saw. sambil mengucap, 'Assalamu alaika ya Rasulullah. Dijawab, "Wa alaikassalam, apakah yang menahan anda untuk menyahut panggitanku ketika aku panggil?" Jawab-nya, 'Ya Rasulullah, saya sedang salat. Nabi saw. bersabda, "Tidakkah anda mendapatkan dalam wahyu yang diturunkan Allah kepadaku, Sambutlah panggilan Allah dan Rasulullah bila memanggil kalian untuk menghidupkan (mengajarkan apa-apa untuk kcpentingan kehidupanmu). Jawab Ubay, 'Benar ya Rasulullah, tidak akan saya ulang. Lalu Nabi saw. bertanya, "Sukakah saya ajarkan kepadamu surat yang tidak pernah ditu-

5

runkan di Taurat, Injil, Zabur dan Furqan yang menyamai itu?" Jawab Ubay, 'Baiklah ya Rasulullah.' Nabi saw. bersabda, "Saya harap semoga sebelum keluar dari pintu itu anda sudah mengetahuinya". Lalu Nabi saw. memegang tangan Ubay sambil berbicara, tetapi Ubay memperlambat jalannya, kuatirkalau-kalau sampai di pintu dan pembicaraan belum selesai, dan ketika telah dekat dengan pintu Ubay berkata, 'Ya Rasulullah apakah surat yang engkau janjikan padaku itu?1 Jawab Nabi saw., "Apakah yang anda baca dalam salat?" Lalu Ubay membaca Fatihah (Ummul Quran) lalu Nabi saw, bersabda, "Allah tiada menurunkan dalam Taurat, Injil, Zabur dan Furqan yang menyamainya, itulah yang bernama Assab'ul Matsani". (Juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi).

3. Ar-Ruqyah (jampi).
Abu Said al-Khudri r.a. berkata, Ketika kita dalam bepergian dan berkemah, tiba-tiba datang budak perempuan dan berkata, Sesungguhnya pimpinan suku ini digigit binatang berbisa, dan tidak ada orang, apakah ada di antara kalian yang dapat menjampi? Maka berdirilah seorang di antara kami, kami tidak menyangka bahwa ia dapat menjampi. Tiba-tiba dijampinya dan sembuh. Maka diberinya dia hadiah berupa tiga puluh domba dan diberinya kami susu. Ketika ia kembali kami bertanya, Apakah anda pandai menjampi? Jawabnya, Tidak, aku tidak menjampi, kecuali dengan Ummul Kitab (Fatihah). Maka kami pun memberitahu agar domba-domba itu jangan diganggu sehingga kami bertanya kepada Rasulullah saw. Kemudian setelah kami kembali ke Madinah, kami ceriterakan kejadian itu kepada Nabi saw. Maka Nabi saw. bertanya, "Dari mana ia mengetahui bahwa Fatihah itu sebagai jampi (untuk jampi)? Bagilah domba-domba itu dan berilah aku bagian". (Bukhari, Muslim, Abu Dawud). Di sebagian riwayat Muslim disebutkan bahwa yang menjampi itu Abu Said al-Khudri r.a.

4. As-Shalah.
Ibn Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw. duduk bersama Jibril, tiba-tiba mendengar suara gemuruh di atasnya, maka Jibril melihat ke atas langit, lalu berkata, Itu pintu langit telah terbuka, belum pernah dibuka sama sekali". dan telah turun seorang malaikat dari padanya. Maka datanglah Malaikat itu kepada Nabi saw. dan berkata, Terimalah kabar gembira, bahwa anda diberi dua cahaya yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelum anda, yaitu Fatihah dan penutup surat al-Baqarah. Tiada engkau membaca satu huruf melainkan pasti diberi (yakni apa yang terkandung di dalamnya1. (HR. Muslim, an-Nasa'i).

5. Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Nabi saw. bersabda:

7

Siapa yang sembahyang dan tidak membaca Ummul Quran (Fatihah), maka sembahyang itu kurang, tidak sempurna. Abu Hurairah ditanya, "Bagaimana jika kita di bclakang imam?" Jawabnya, "Bacalah dalam hatimu, sebab saya telah mendengar Nabi saw. bersabda, Allah Azza wa Jalla berfirman, "Aku tetah membagi salat itu menjadi dua bagian, antara-Ku dengari hamba-Ku, dan terserah-Ku apa yang ia minta. Maka jika membaca, "Alhamdu lillahi rabbil alamih". Jawab Allah, 'Hamba-Ku telah memuji-Ku'. Dan bila membaca, "Arrahmaninahim". Jawab Allah, 'Hamba-Ku bersyukur kepada-Ku'. Dan bila membaca, "Maliki yaumiddin". Jawab Allah, 'Hamba-Ku telah me-muliakan Aku (hamba-Ku telah menyerah kepada-Ku)'. Maka jika membaca, "lyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in". Jawab Allah; Ini yang di antara-Ku dengan hamba-Ku dan terserah pada hamba-Ku apa yang ia minta'. Jika membaca, "Ihdinasshiratal mustaqim, shiratal ladzina an'amta alai* him, ghairil maghdhubi alaihim waiadh dhaal lien". Jawab Allah, Ttu semua Aku ben pada hamba-Ku dan terserah pada hamba-Ku apa yang akan diminta'. (HR. Muslim).

Penjelasan yang berhubungan dengan hadis ini dan soal Fatihah
1. Kata ash-Shalat, sedang tujuannya bacaan, sebagaimana ayat 110 surat al-lsraa' yang artinya, "Dan jangan kamu keras-kan salatmu (bacaan salatmu) dan jangan kamu perlahankan, dan ambil jalan tengah di antara itu". Untuk menunjukkan peranan bacaan sebagai rukun dalam sembahyang, demikian juga Allah menyebut bacaan yang dimaksud salat yaitu dalam ayat 78 surat al-Israa', Wa qur'anal fajri, inna qur'anal fajri kaana masyhuda (dan salat Subuh atau fajar), sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan oleh Malaikat. (Malaikat penjaga malam yang bergantian dengan Malaikat penjaga siang).

2. Mengenai bacaan Fatihah dalam salat. Apakah harus Fatihah atau boleh lain-lainnya? Ada pendapat;

8

a. Abu Hanifah dan kawan-kawannya menyatakan tidak harus Fatihah, bahkan bila dapat membaca ayat yang mana saja sah salatnya, mereka berdalil: Ayat 20, Faqra'u maa tayassara minal Quran (al-Muzzammil). Bacalah mana yang ringan dari al-Quran. (al-Muzzammil 20). Dan hadis Bukhari, Muslim mengenai orang yang salah dalam sembahyangnya, lalu oleh Nabi saw. ditegur, "Idza qumta Has shalati fakabbir tsumma iqra' ma tayassara ma'aka minal Quran (Jika anda berdiri untuk salat maka takbirlah kemudian bacalah seringannya dari ayat al-Quran. Karena dalam ajaran ini tidak menetapkan bacaan Fatihah atau lainnya, maka demikianlah pendapat kami.

b. Harus membaca Fatihah dan tidak sah jika diganti dengan lainnya. Yaitu pendapat Imam Syafii, Malik dan Ahmad bin Hanba! serta pengikut mereka juga pendapat Jumhurut Ulama. Mereka berdalil dengan hadis Nabi saw., "Man shalla sha-latan lam yaqra' fiha biummil Qur'an fahiya khidaajun, ghairu tamamin (Siapa yang salat tidak membaca Fatihah (Umnrul Quran) maka salat itu kurang, tidak sempurna).

Juga yang disebut dalam Bukhari - Muslim dari Ubadah bin Shamit r.a. Nabi saw. bersabda:
Laa shalaata lunan lam yaqra' bifati Hatil kitab, (Tidak sah salat orang yang tidak membaca Fatihah (Fatihatul Kitab).

Juga hadis Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:
Laa tujzi'u shalatun laa yuqra'u fiiha bi'um.mil qur'an. (Tidak sah salat orang yang tidak membaca Ummul Quran di dalamnya).

Imam Syafii menetapkan wajib pada tiap rakaat. Al-Hasan dan ulama Basrah berpendapat yang wajib hanya dalam satu rakaat, mengambil dari mutlaknya kalimat dalam hadis tersebut.

9

3. Apakah wajib atas makmum membaca Fatihah? Ada tiga pendapat:
a. Wajib atas makmum sebagaimana imamnya berdasarkun pengertian umum dari hadis di atas.
b. Makmum tidak wajib apa-apa berdasarkan hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dari Jabir r.a. Nabi saw. bersabda:
Siapa yang mempunyai imam maka bacaan imam itu juga sebagai bacaannya.
(Hadis ini sanadnya da'if).
c. Makmum wajib membaca dalam bagian rakaat yang sirri bacaan imam perlahan-lahan, dan tidak wajib dalam bacaan imam yang jahri (keras) berdasarkan hadis riwayat Abu Musa ul-Asy'ari r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:
Sesungguhnya diadakan imam untuk diikuti, maka jika ia takbir, takbirlah kalian, dan jika ia membaca maka dengarkanlah dengan perhatian. (HR. Muslim).

Ahlus Sunan Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa'i meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.
Anas r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: Jika anda meletakkan pinggang di atas tempat tidur, lalu

10

membaca Fatihah dan Qul Huwallahu Ahad, maka telah aman dari segala sesuatu kecuali maut.
(HR. Bazzar)
Tafsir Isti'adzah (Ta'awwudz): Audzubillahi
Firman Allah: bila anda terkena gangguan setan, maka berlindunglah kepada Allah, sungguh Allah Maha Mendengar lagi Mengetahui (al-A'raaf 200)

Farman Allah: Katakanlah, "Ya Tuhan aku berlindung kepada-Mu dari gangguan setan dan aku berlindung kepada-Mu jangan sampai setan nadir di dekat kami. (al-Mukminun 97-98) Firman Allah:

11

Tolaklah gangguan sesama manusia dengan cara yang baik, maka orang yang terjadi di antaramu dengannya sengketa permusuhan akan berubah menjadi kawan yang akrab. Dan tidak akan dapat berbuat sedemikian kecuali orang yang sabar dan tidak dapat berbuat itu kecuali orang yang mendapat bagian besar nasib baik. Dan bila anda akan di-ganggu oleh setan maka berlindunglah kepada Allah, sungguh Allah Maha Mendengar lagi Mengetahui. (Fushshilat - Hamim as-Sajadah 34, 35, 36).

Dalam ketiga ayat ini Allah menyuruh metayani musuh sesama manusia dengan baik semoga dapat kembali kepada tabiat aslinya yang baik, sebaliknya menyuruh langsung berlindung kepada Allah ketika menghadapi setan, sebab setan tidak dapat diajak baik, dan tujuan utamanya akan membinasakan anak Adam karcna sangat memusuhi anak Adam.

Firman Allah: hai anak Adam janganlah kamu tertipu oleh bisikan setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ayah bundamu dari surga. (al-A'raaf 27).

Firman Allah: Sesungguhnya setan itu musuhmu, maka hadapilah sebagai musuh, ia mengajak golongannya supaya menjadi ahli neraka sa'ier (bersamanya). (Fathir 6).

12

Firman Allah: Apakah kamu akan' menjadikan Iblis dan anak cucunya sebagai walimu (pimpinan, kawan, penasihat) selain dari Aku, padahal rncreka musuh kepadamu. (al-Kahfi 50).
Iblis (setan) telah bersumpah pada Adam bahwa ia akan memberi nasihat padahal berdusta, maka bagaimana perlakuan-nya terhadap kita padahal ia berdusta dan ia telah bersumpah:
Demi kemuliaan Tuhan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali para hamba-Mu yang Engkau selamatkan. (al-Hijr 39-40).

Jika anda membaca al-Quran, hendaknya meminta perlindungan Allah dari gangguan setan yang terkutuk (39). Sesungguhnya setan itu tidak kuasa untuk mengganggu (mempengaruhi) orang yang beriman, dan orang yang berserah diri kepada Tuhan (40). Sesungguhnya kekuasaan setan itu hanya pada orang-orang yang berwali (menurut) ke-padanya, dan 'terhadap mereka yang mempersekutukan Allah. (41) (an-Nahl 39, 40, 41).

Sebagian ulama menafsirkan kalimat qara'ta dalam bentuk masa lalu, berarti sesudah membaca al-Quran, supaya meminta

13

perlindungan kepada Allah dari pengaruh setan, tetapi Jumhur ul Ulama menyatakan bahwa arti qara'ta akan membaca, sama dengan idza quntum ilas shalati jika kamu akan sembahyang. Juga hadis yang menerangkan bahwa Nabi saw. biasa jika bangun malam memulai sembahyang dengan takbir, kemudian memuja-memuji Allah lalu membaca:
Saya berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk dari tusukannya, bisikan tipuannya dan tiupan-tiupannya (yakni untuk membangkitkan sombong dan teledor terhadap perintah Allah).

Sulaiman bin Shurad r.a. berkata, "Terjadi dua orang saling memaki, sedang kami duduk bersama Nabi saw, Maka yang satu marah sehingga merah wajahnya, lalu Nabi saw. bersabda. "Sungguh aku mengetahui satu kalimat, jika ia suka membacanya pasti hilang apa yang dirasakan dari jengkel itu, andaikan ia membaca: A'udzu billahi minasysyaithanirrajim". Maka orang-orang memberitahu pada orang yang marah itu. "Apakah anda tidak mendengar apa yang disabdakan oleh Nabi saw. itu?" Jawabnya, 'Aku bukan gila'. (Bukhari, Muslim).

Dan arti dari kalimat "A'udzu billahi minasysyaithanirra-jifn" yakni, Aku berlindung dengan kebesaran Allah dari setan yang terkutuk, jangan sampai merusak, mengganggu umatku, duniaku, jangan sampai menghalangi atau merintangi diriku untuk mengerjakan perintah Allah atau mendorongku mengerjakan larangan AHah, sebab tiada sesuatu yang dapat menghentikan gangguan setan kecuali Allah.

Setan berasal dari kata Syathana yang berarti jauh, jauh tabiatnya daripada tabiat manusia, dan kelakuannya jauh dari kebaikan. Ada pula yang menyatakan bahwa asal katanya Syaatha yang berarti terbakar, sebab ia terjadi dari api yang tabiatnya membakar.
14
Sibawaih berkata bahwa orang Arab mengatakan Tasyait-hana terhadap orang yang berkelakuan tidak baik. Oleh karenanya dapat diambil kesimpulan bahwa kata Syaithan berasal dari kata Syathana. Dan Allah menyebut setiap makhluk yang menentang dan melanggar tuntunan para Nabi-Nya, setan, sebagaimana firman-Nya:

Demikianlah Kami jadika bagi setiap Nabi musuh dari setan-setan manusia dan jin (yang kelihatan dan yang tidak kelihatan), setengah mereka berbisik kepada setengahnya untuk menyusun kata kalimat yang indah semata-mata un-tuk tipuan dan memperdaya. (al-An' aam 112)

Juga Nabi saw, memperingntkan kepada Abu Dzar r.a., "Berlindunglah kepada Allah dari setan manusia dan jin". Abu Dzar bertanya, "Apakah manusia juga ada setan ?" Jawab Nabi saw., " Ya ". (HR. Ahmad)

Arti kata Rajim ialah terusir dari segala kebaikan , terkutuk.

15

TAFSIR SURAT AL-FATIHAH
Bismillahirrahmanirrahim
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Adanya Rasulullah saw. tidak mengetahui selesainya (berganti) surat sehingga turun Bismilta-hirrahmanirrahim". (HR. Abu Dawud, al-Hakim).

Sahabat Nabi saw. selalu memulai bacaan kitab Allah dengan basmalah.
Ummu Salamah r.a. berkata, "Rasulullah saw. telah membaca Bismillahirrahmanirrahim ketika membaca Fatihah dalam salat. (Hadis da'if Riwayat Ibnu Khuzaimah).

Abu Hurairah r.a. ketika memberl contoh salat Nabi saw. membaca keras-keras Bismillahirrahmanirrahim. (HR. an-Na-sa'i, Ibn Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim).

Imam Syafii dan al-Hakim meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Muawiyah ketika sembahyang di Madinah sebagai imam, tidak membaca Bismillahirrahmanirrahim, maka ditegur oleh sahabat Muhajirin yang hadir, kemudian ketika sembahyang lagi ia membaca Bismillahirrahmanirrahim.

Adapun dalam mazhab Imam Malik tidak membaca Basmalah berdasarkan hadis Aisyah r.a. yang berkata, "Biasa Rasulullah saw. memulai salat dengan takbir dan bacaannya dengan Alhamdu lillahi rabbil alamin. (HR. Muslim).

Anas r.a. berkata, "Saya sembahyang di belakang Nabi saw., Abu Bakar, Umar, Utsman dan mereka semuanya memulai bacaannya dengan Alhamdu lillahi rabbil alamin". (Bukhari, Muslim).

Dan sunat membaca Bismillahirrahmanirrahim pada setiap perkataan dan perbuatan. karena sabda Nabi saw. yang berbunyi:

16
Tiap urusan (perbuatan) yang tidak dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahim maka terputus berkatnya (bagaikan anggota badan yang terkena kusta). (Juga sunat membaca Basmalah ketika wudu, karena sabda Nabi saw.:

Tiada sempurna wudu orang yang tidak membaca Bismillah.
Dan sunat juga dibaca ketika menyembelih (membantai) binatang, juga sunat ketika makan, karena sabda Nabi saw. kepada Umar bin Abi Salamah yang berbunyi, "Bacalah Bismil-lah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang dekat-dekat kepadamu1'. (HR. Muslim).

Juga membaca Basmalah ketika akan jima' (bersetubuh) sebagaimana riwayat Ibn Abbas r.a. Rasullah saw. bersabda: Andaikan salah satu kamu jika akan bersetubuh (jima') dengan istrinya membaca, "Dengan nama Allah, ya Allah jauhkan kami dari setan, dan jauhkan setan dari rezeki yang Tuhan berikan kepada kami. Maka jika ditakdirkan mendapat anak dari jima' tidak mudah diganggu oleh setan untuk selamanya". (HR. Bukhari, Muslim).

Bismillah: Dengan nama Allah. Susunan kalimat yang demikian ini dalam bahasa Arab berarti ada susunan kata-kata yang mendahuluinya yaitu: Aku mulai perbuatan ini dengan nama Allah, atau: Permulaan dalam perbuatanku ini dengan nama Allah; untuk mendapat berkat dan penolongan rahmat Allah sehingga dapat selesai dengan sempurna dan baik. Juga un-

17

tuk menyadari kembali sebagai makhluk Allah, bahwa segala-galanya tergantung pada rahmat karunia Allah. Hidup, mati dan semua daya upayanya semata-mata terserah kepada rahmat karunia Allah Azza wa Jalla.

Allah, nama Dzat Allah Ta'ala, karena itu disebut Ismul a'dzam, (nama yang terbesar), sebab nama Allah menghimpun semua sifat, sebagaimana dalam surat al-Hasyr ayat 22, 23, 24.
Dia-lah Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia, yang mengetahui segala yang gaib maupun yang terang. Dia-lah yang bersifat Pemurah dan Penyayang.

Dalam surat al-A'raaf ayat 180 disebutkan: Wa Lilla-hil asmaa'ul husna fad'uhubiha (Allah mempunyai nama-nama yang baik dan sempurna, maka panggillah) berdoalah dengan nama-nama itu.

Nama-nama Allah hanya yang tersebut di dalam al-Quran dan Hadis Nabi saw.
Dalam surat al-Israa' ayat 110, terdapat kalimat yang arti-nya: "Berdoalah - Ya Allah atau Ya Rahman - yang mana saja anda berseru (berdoa) maka Allah mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik dan semptirna)".
Yakni bila anda membutuhkan rezeki, panggillah nama Allah, Ya Razzaq (Yang Memberi Rezeki), Ya Ghani (yang Ma-hakaya), Ya Wakil (yang Menjamin) dan seterusnya. Nabi saw. bersabda, "Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, siapa yang mencatatnya (mengJngatnya) pasti masuk surga. Yakni dalam segala hajat ia menyebut nama Allah, sebagai tanda bahwa ia sangat percaya kepada Allah SWT.

Nama Allah, khusus bagi Allah, ti'dak dinamakan pada lain-Nya, karena ia kata beku yang bukan pecahan dari lain ka-ta, demikian keterangan al-Qurthubi dan beberapa kelompok ulama yaitu: Syafii, Ghazali dan Imamul Haramain. Dan ada yang berpendapat pecahan (musytaq) dari alaha ya'lihu ilahata. Karena itu Ibn Abbas membaca ayat: Wayadzaraka wa ilahata-ka, yang berarti ibadataka (ibadatmu).

Ada pula pendapat yang mengatakan, pecahan dari Wala-ha, bingung karena Allah membingungkan alam pikiran untuk mencapai hakikat sifat-Nya. Ada dari: Alahtu ila Fulan, arti-nya: Aku condong tenang kepada Fulan sebab akal pikiran ti-

18

dak akan tenang kecuali jika telah menyebut nama Allah, ruh-ruh juga tidak gembira, kecuali jika telah mencapai makrifat mengenal pada-Nya, sebab hanya Allah yang mutlak sempurna.

Tiada yang lain-Nya. Firman Allah "Alaa bidzikrillah tath-ma'innul qulub" (Ingatlah hanya dengan menyebut nama Allah, tenanglah hati). AI-Khalil, Sibawaih dan kebanyakan ahli ushul mengatakan bahwa kata Allah bukan pecahan dari kalimat lain.

Ar-Rahman Ar-Rahim, dua kalimat pecahan dari Rahmat untuk menyebut kelebihan, dan kata Rahman lebih luas dari Rahim.

Al-Qurtubhi menyatakan musytaq (pecahan) berdalilkan hadis Abdurrahman bin Auf r.a., sang telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, Allah berfirman, "Aku bernama Ar-Rahman, Aku yang menjadikan rahim (kerabat). Aku pecahkan ia dari nama-Ku, maka siapa yang menghubungi rahim Aku hubungi, dan siapa yang memutuskan rahim Aku putuskan". (at-Tirmidzi). Ini adalah nash yang cukup kuat yang tidak dapat ditentang.

Adapun bangsa Arab tidak menggunakan kata Ar-Rahman karena mereka belum mengenal Allah. Dan bentuk Rahman tidak dapat disamakan dengan Rahim, sebab bentuk Fa'lan untuk yang penuh. Maka bentuk Rahman yakni yang penuh rah-matNya kepada semua makhluk di dunia hingga di akhirat, kepada yang mukmin maupun yang kafir. Adapun Rahim khusus buat kaum mukmin.

Firman Allah: "Arrahman alal arsyi istawa", untuk menun-jukkan bahwa rahmat Allah meliputi (memenuhi) seluruh Arsy. Dan firman Allah: "Wa kaana bil mu'miniina rahiima" (Dan terhadap kaum mukminin sangat be I as kasih).

Nama Rahman ini juga khusus bagi Allah, tidak dapat di-pakai oleh lain-lain-Nya. Karena itu ketika Musailamah al-Kadzdzab berani menamakan dirinya Rahmanul Yamamah, maka Allah membuka kedok kepalsuan dan kedustaannya, sehing-ga dikenal di tengah-tengah masyarakat Musailamah al-Khadz-dzab bukan hanya bagi penduduk kota bahkan sampai orang-orang Baduwi juga menyebutnya Musailamah al-Khadzdzab.

Sebagian ulama menyatakan bahwa isim Rahim lebih luas dari Rahman, sebab dalam susunan kata-kata ini Rahim mengu-
19

atkan Rahman (mu'akkid dari Rahman dan yang mu'akkid la-zimnya lebih luas dari mu'akkad).
Jawabannya: Di sini bukan tujuan ta'kid (menguatkan) tetapi sekedar menyebut sifat, sehingga tidak usah disebut masalah ta'kid itu. Jika dikatakan, bila isim Rahman lebih luas dari Rahim, maka mengapa disebut lagi Rahim. Karena nama Rahman itu melulu bagi Allah, tidak boleh dipakai oleh lain-Nya, maka disebut nama Rahim untuk dapat dipakai oleh lain-Nya, sebagaimana Allah menyebut sifat Nabi Muhammad saw. "Bil-mu'miniina ra'uufun Rahiim” (terhadap kaum mukminin sangat belas kasih).

Juga untuk menunjukkan di samping rahmat yang umum .sedemikian rupa ada juga rahmat yang khusus bagi orang yang taat mengikuti tuntunan ajaran-Nya.

Kesimpulan di dalam asma (nama-nama) Allah ada yang dapat dipakai oleh' lain-Nya dan ada juga yang tidak dapat dipakai oleh lain-Nya seperti Allah, Ar-Rahman, AI-Khalik, Ar-Razak dan lain-lainnya. Dan yang boleh seperti Ar-Rahim, As-Sami', Al-Bashir seperti firman Allah, "Faja'alnaahu samii'an bashiira" (Maka Kami jadikan manusia itu mendengar lagi melihat).

"Alhamdu Lillahir Rabbil Alamin" (2), Segala puja dan puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara alam semesta.

Ibn Jarir berkata, "Alhamdu lillah, syukur yang ikhlas me-lulu kepada Allah tidak kepada lain-lain-Nya daripada makhluk-Nya, syukur itu karena nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba dan makhluk-Nya yang tidak dapat dihitung dan tidak terbatas, seperti alat anggota manusia untuk menunaikan kewajiban taat kepada-Nya, di samping rezeki yang diberikan kepada semua makhluk manusia, jin dan binatang dari berbagai perlengkapan hidup, karena itulah maka pujian itu sejak awal hingga akhirnya tetap pada Allah semata-mata.

Alhamdulillah pujian Allah pada diri-Nya, yang mengandung tuntunan kepada hamba-Nya supaya mereka memuji Allah seperti seakan-akan perintah Allah, "Bacalah olehmu Alhamdulillah".

Alhamd pujian dengan lidah terhadap sifat-sifat pribadi, maupun sifat yang menjalar kepada orang lain, sebaliknya syukur itu pujian terhadap sifat yang menjalar, tetapi syukur dapat

20

dilaksanakan dengan hati, lidah dan anggota badan. Alhamd berarti memuji sifat keberanian, kecerdasan-Nya atau Karena pemberian-Nya. Syukur khusus untuk pemberian-Nya. Alhamd (puji) lawan kata Adzzam (cela).

Ibn Abbas r.a. berkata, Umar r.a. berkata kepada sahabat-sahabat, "Kami telah mengerti dan mengetahui kalimat Subha-nallah, laa ilaha illallah dan Allahu Akbar, maka apakah Alhamdu Lillahi itu?" Jawab Ali r.a., "Suatu yang dipilih oleh Allah untuk memuji Dzat-Nya.

Ibn Abbas berkata, 'Alhamdu Lillah kalimat syukur, maka jika seo rang membaca Alhamdu Lillah, Allah menjawab, "Hamba-Ku telah syukur pada-Ku".
Jabrr bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah saw. bcrsabda:
Seutama-utamanya zikir ialah "La ilaha illallah", dan seutama-utamanya doa ialah "Alhamdu Lillah". (HR. at-Tirmidzi, hadis Hasan Gharib). Anas, bin Malik r.a. berkata, Nabi saw, bersabda: Tiadalah Allah memberi nikmat kepada seorang Nya, kemudian hamba itu mengucap "Alhamdu Lillah", melainkan apa yang dibcri itu lebih utama (afdhal) dari yang ia terima. (Yakni ucapan "Alhamdu Lillah" lebih besar nilainya dari nikmat dunia itu). (HR. Ibnu Majah).

Anas r.a. juga meriwayatkan Nabi saw. bersabda, "Andaikan dunia sepenuhnya ini di tangan seorang dari umatku kemudian ia membaca 'Alhamdu Lillah' maka pasti kalimat Alhamdu Lillah lebih besar dari dunia yang di tangannya itu".

Ibnu Umar r.a. berkata, bahwa Rasul saw bercerita

21

Ada seorang hamba Allah membaca, "Ya Tuhanku segala puji bagi-Mu sebagaimana yang layak bagi kebesaran Dzat-Mu dan kebesaran kerajaan-Mu". Kalimat ini menyukarkan bagi kedua malaikat yang mencatat amal manusia, sehingga kedua Malaikat tidak dapat mencatatnya, maka naiklah kedua Malaikat menghadap kepada Allah dan berkata keduanya, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya ada seorang hamba membaca pujian yang kami tidak dapat menulisnya". Allah bertanya, padahal Allah lebih mengetahui apa yang dibaca hamba-Nya. "Apakah yang dibaca oleh hamba-Ku?" Jawab kedua Malaikat, "Ya Tuhan ia membaca 'Ya Rabbi lakalhamdu kamaa yanbaghilijalaali wafhika wa adhiimi sulthaanika". Firman Allah kepada kedua Malaikat, "Catatlah sebagaimana bacaannya itu sampai ia menghadap kepada-Ku, maka Aku yang akan membalas pahalanya". (HR. Ibnu Majah).

Sengaja Allah memulai kitab-Nya dengan kalimat Alhamdu Lillahi rabbil alamin, untuk menuntun kepada hamba-Nya. Jika sudah mengucap kedua kalimat syahadat, bahwa tiada Tuhan

22

melainkan Allah, harus merasa bahwa segala puja dan puji itu hanya kepada Allah semata-mata. Sebab Al dalam kalimat Alhamdu berarti segala jenis puja dan puji bagi Allah. Sebagaimana tersebut dalam hadis "Allahumma lakal hamdu kulluhu, walakal mufku kulluhu wa biyadikal khair kullihi wa ilaika yar ji'ul amru kulluhu" (Ya Allah bagi-Mu segala puji semuanya, dan bagi-Mu kerajaan semuanya dan di tangan-Mu kebaikan semuanya, dan kepada-Mu kembali segala urusan semuanya).

Rabb berarti pemilik yang berhak penuh, juga berarti majikan, juga yang memelihara serta menjamin kebaikan dan perbaikan, dan semua makhluk alam semesta.

Alam ialah segala sesuatu selain Allah. Maka Allah Rabb dari semua alam itu sebagai pencipta, yang memelihara, memperbaiki dan menjamin. Sebagaimana tcrsebut dalam surat asy-Syu'araa 23-24.

Fir'aun bertanya, "Apakah rabbul alamin itu?" Jawab Musa, "Tuhan Pencipta, Pemelihara penjamin langit dan bumi dan apa saja yang di antara kcduanya, jika kalian mau percaya dan yakin."

Alam itu juga pecahan dari alamat (tanda) sebab alam irii semua menunjukkan dan membuktikan kepada orang yang memperhatikannya sebagai tanda adanya Allah Tuhan yang menjadikannya.
Ar-Rahman Ar-Rahim (3), Yang Mahamurah dan Mahakasih - Penyayang. Artinya kedua isim ini telah tersebut dalam arti Bismillahirrahmanirrahim, schingga tidak diulang. Ar-Rahman yang memberi nikmat yang sebesar-besarnya.

Ar-Rahim yang membcri nikmat yang halus sehingga tidak terasa, padahal nikmat besar, dan semua nikmat Allah itu besar, hanya saja ada yang berupa langit, bumi, matahari, dan ada yang berupa penglihatan, pendengaran dan pancaindera, dan lain-lainnya. Jika anda akan menghitung nikmat karunia Allah maka takkan dapat menghitungnya.

Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Nabi saw. bersabda:
23
Andaikan orang mukmin mengetahui persediaan siksa Allah pasti takkan mengharap untuk dapat mencapai surga-nya. Demikian pula andaikan si kafir mengetahui besar nikmat rahmat Allah, takkan putus harapan dari rahmat seorang pun. (HR. Muslim).

Maliki yaumiddin (4) - Raja yang memiliki pembalasan. Dapat dibaca: Maliki (Raja), dan Maaliki (Pemilik - Yang Memiliki). Maaliki sesuai dengan ayat: Sesungguhnya Kami yang mewarisi bumi dan semua yang di atasnya, dan kepada Kami mereka akan kembali. (Maryam 40).

Maliki sesuai dengan ayat: Katakanlah, "Aku berlindung dengan Tuhannya manusia. Rajanya manusia". (an-Naas 1-2).

Bagi siapakah kerajaan pada hari ini (hah kiamat)? Bagi Allah Yang Esa yang memaksa (perkasa). (al-Mu'min = Ghafir 16).

Kerajaan yang sesungguhnya pada hari itu hanya bagi Ar-Rahman. (al-Furqan 26)

24

Ad-Din (Pembalasan dan Perhitungan). Sesuai dengan ayat: Apakah kami akan dibalas (diperhitungkan). (as-Shafaat S3).

Dalam hadis Nabi saw. bersabda: Seorang yang sempurna akal ialah yang mengadakan perhitungan pada dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati.

Umar r.a. berkata, "Andaikan perhitungan bagi diri-mu sebelum kamu dihisab (diperhitugkan) dan pertimbangkan untuk dirimu sebelum kamu ditimbang, dan siap-siaplah untuk menghadapi perhitungan yang besar menenghadap kepada Tuhan yang tidak tersembunyi pada-Nya sedikit pun dari amal perbuatanmu. Pada hari kiamat kelak kalian akan dihadapkan kepada Tuhan dan tidak tersembunyi pada-Nya suatu apa pun.

lyyaka na'budu wa iyyaka nas ta'iin. (5) - Hanya kepada-Mu (Allah) kami mengabdi (menyembah dan hanya kepada-Mu pula kami) minta pertolongan.

Ibadat berarti menurul dengan perasaan rendah diri, mengabdi merasa abdi, hamba yang patuh dengan tunduk.

Ibadat menurut istilah agama menghimpun rasa kecintaan dan merendah serta takut.

Dalam kalimat ini sengaja didahulukan mafulnya yaitu lyyaka dan diulang untuk mendapatkan perhatian dan mengurung yang berarti - Kami tiada menyembah kecuali Engkau, tidak berserah diri kecuali kepada-Mu.

Sebenarnya kesimpulan pengertian beragama itu hanya dalam dua kalimat int. seningga ulama-ulama dahulu mengatakan, "Rahasia al-Quran ada di dalam Fatihah dan rahasia Fatihah ada di dalam kalimat ini, sebab yang pertama berarti bebas dari syirik dan yang kedua merasa bebas dari daya kekuatan dan menyerah bulat kepada Allah Ta'ala". Sebagaimana firman Allah dalam surat Hud ayat 123 yang berbunyi:

25

Sembahlah Dia dan serahkan dirimu kepadaNya, dan Tuhanmu sekali-kali tidak lupa terhadap apa yang kamu amalkan.

Dari ayat: Tuhan yang menguasai (mencipta) timur dan barat, tiada Tuhan kecuali Dia, maka jadikanlah Dia sebagai wakilmu (yang menjaminmu) dan tempat tujuanmu dalam segala hajat kebutuhanmu. (al-Muzzammil 9).

Adh-Dhahaak dari Ibn Abbas berkata, "lyyaka na'budu = Kepada-Mu kami menyembah mengesakan dan takut dan berharap, wahai Tuhan tidak ada lain-Mu". Dan lyyaka nasta'in = Kami minta tolong kepadaMu untuk menjalankan taat dan untuk mencapai semua hajat kepentinganku".

Qatadah berkata, "Dalam lyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, Allah menyuruh supaya tulus ikhlas dalam melakukan ibadat kepada Allah dan supaya benar-benar mengharap bantuan pertolongan Allah dalam segala urusan."

Karena ibadat itu suatu kedudukan yang luhur tinggi bagi seorang hamba Allah menyebut Nabi Muhammad saw. pada ayat dalam surat al-Isra' dan al-Kahfi: Mahasuci Allah yang menjalankan hamba-Nya di waktu malam. (al-Isra' 1).

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan al-Kitab (aj-Quran) kepada hamba-Nya. (al-Kahfi 1).

26

Ihdinaas Shiraathal mustaqiim (6) = Pimpinlah kami ke jalan yang lurus. Shirath dapat dibaca dengan shad, siin dan zai, dan tidak herubah arti.

Shiraathal mustaqiim, jalan yang lurus yang jelas tidak berliku-liku. Shiraatal mustaqiim, ialah mengikuti tuntunan Allah dan RasuluIIah saw. Juga berarti Kitab Allah, sebagaimana riwayat dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Asshiratul mustaqiim kitabullah". Juga berarti Islam, sebagai agama Allah yang tidak akan diterima lainnya.

An Nawas bin Sam'aan r.a. mengatakan bahwa RasuluIIah saw. bersabda: Allah mengadakan contoh pcrumpamaan suatu jalan yang lurus, sedang di kanan-kiri jalan ada dinding (pagar ternbok) dan di pagar ada pintu-pintu tcrbuka, pada tiap pintu ada tabir yang menutupi pintu, dan di muka jalan ada suara berseru, "Hai manusia masuklah ke jalan ini,

27

dan jangan berbelok dan di atas jalanan ada seman, maka bila ada orang yang akan membuka pintu diperingatkan, 'Celaka anda, jangan membuka, sungguh jika anda membuka pasti akan masuk'. Shiraat itu ialah Islam, dan pagar itu batas-batas hukum Allah dan pintu yang terbuka ialah yang diharamkan Allah sedang seman di muka jalan itu ialah kitab Allah, dan seruan di atas shirat ialah seruan nasihat dalam hati tiap orang muslim. (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa'i).

Tujuan ayat ini minta taufik hidayat semoga tetap mengikuti apa yang diridai Allah, sebab siapa yang mendapat taufik hidayat untuk apa yang diridai Allah maka ia termasuk golongan mereka yang mendapat nikmat dari Allah daripada Nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Dan siapa yang mendapat taufik hidayat sedemikian berarti ia benar-benar Islam berpegang pada kitab Allah dan sunnaturrasul, menjalankan semua perintah dan meninggalkan semua larangan syariat agama.

Jika ditanya, "Mengapakah seorang mukmin haras minta hidayat, padahal ia bcrsalat itu berarti hidayat?4*
Jawabnya, "Seorang memerlukan hidayat itu pada setiap saat dan dalam segala hal keadaan kepada Allah untuk boleh tetap terus terpimpin oleh hidayat Tuhan itu, karena itulah Allah menunjukkan jalan kepadanya supaya minta kepada Allah untuk mendapat hidayat taufik dan pimpinan-Nya, Maka seorang yang bahagia hanyalah orang yang selalu mendapat taufik hidayat. Sebagannana firman Allah dalam ayat 136, surat an-Nisa:
Hat orang beriman percayalah kepada Allah dan Rasulullah. (an-Nisa 136).

Dalam ayat ini orang mukmin disuruh beriman, yang maksudnya supaya terus tetap imannya dan melakukan semua perintah dan menjauhi larangan, jangan berhenti di tengah jalan, yakni istiqamah hingga mati.

Shiraathalladzina anamta alaihim, ghasrfl magh dhubi alai-him waladh dhaallin (7) — Jalan orang-orang yang telah diberi

28

nikmat oleh Tuhan atas mereka, dan bukan jalan yang dimur-kai Tuhan atas mereka dan bukan jalan orang-orang yang sesat. (7).

Inilah maksud jalan yang lurus itu, yaitu yang dahulu sudah ditempuh oleh orang-orang yang mendapat rida dan nikmat dari Allah ialah mereka yang tersebut dalam ayat 69 an-Nisa:

Dan siapa yang taat kepada Allah dan Rasulullah maka mereka akan bersama orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan' para Nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin, dan merekalah sebatik-baik kawan.(an-Nisa 69).

Dilanjutkan oleh Allah dengan ayat:"Dzalikal fadh lu minallahi wakafa billahi aliimaa" = Itu-lah karunia Aflah dan ctikup Allah yang Maha Mengetahui.

Ibnu Abbas berkata, "Jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Tuhan kepada mereka sehingga dapat menjalankan taat ibadat serta istiqamah seperti Malaikat, Nabi-nabi, Shiddiqin, syuhada dan shalihin.

Bukan jalan orang-orang dimurkai atas mereka, yaitu mereka yang telah mengetahui kebenaran hak tetapi tidak melaksanakannya seperti orang-orang Yahudi, mereka telah mengetahui kitab Allah, tetapi tidak melaksanakannya, juga bukan jalan orang-orang yang sesat karena mereka tidak mengetahui.

Ady bin Hatim r.a. bertanya kepada Nabi saw., 'Siapakah yang dimurkai Allah itu?' Jawab Nabi saw., "Alyahud (Yahudi)". 'Dan siapakah yang sesat itu?'-Jawab Nabi saw., "An-Nashara (KristenlNasrani)".

29

Orang Yahudi disebut dalam ayat "Man la'anahullahu wa ghadhiba aJaihi" = Orang yang dikutuk (dilaknat) oleh Allah dan dimurkai, sehingga dijadikan di antara mereka kera dan babi.

Orang Nashara disebut dalam ayat "Qad dhallu min qablu, wa adhallu katsiera wa dhallu an sawaa issabiil" = Mereka yang telah sesat sejak dahulu, dan menyesatkan orang banyak, dan tersesat dari jalan yang benar.

Dan sunat bagi siapa yang membaca Fatihah pada akhirnya membaca "Amin". Yang berarti, "Ya Allah terimalah".

Abu Hurairah r.a. mengatakan, Nabi saw. bersabda, "Jika Imam membaca Amin maka sambutlah (bacalah) amin, maka sesungguhnya siapa yang bertepatan bacaan aminnya dengan aminnya para Malaikat maka dtampunkan baginya dosa-dosa yang telah lalu". (HR. Bukhari, Muslim).

Abu Musa meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, "Jika Imam membaca Waladha dhaalliin, maka bacalah Amin niscaya Allah menerima dan menyambut kamu (permintaanmu). (HR. Muslim).

Pasal: Sunt ini hanya tujuh ayat, mengandung pujian dan syukur kepada Allah dengan menyebut nama Allah dan sifat-sifatNya yang mulia, lalu menyebut ha! Hari Kemudian, pembalasan dan tuntutan, kemudian menganjurkan kepada hamba supaya meminta kepada Allah dan merendah diri pada Allah serta lepas bebas dari daya kekuatan diri menuju kepada tulus ikhlas dalam melakukan ibadat dan tauhid pada Allah, kemudian menganjurkan kepada hamba sahaya selalu minta hidayat tauftk dan pimpinan Allah untuk dapat mengikuti shirat mustaqiim supaya dapat tergolong dari golongan hamba-hamba Allah yang telah mendapat nikmat dari golongan Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Shalihin. Juga mengandung anjuran supaya berlaku baik mengerjakan amal saleh jangan sampai tergolong orang yang dimurkai atau tersesat dari jafan Allah.

30

AL-BAQARAH
Bismillahirrahmanirrahim
Surat al-Baqarah diturunkan sesudah Hijrah disebut* Mada-niyah berisi 287 ayat, 6121 kata (kalimat) 25500 huruf. Terma-suk surat pertama yang turun di Madinah.

Fadhilah kelebihan surat al-Baqarah
1. Maqil bin Yasar r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:
Surat al-Baqarah bagaikan punggung al-Qunn, bahkan puncaknya, turun bersama tiap ayat delapan puluh Malaikat, dan diambilkan ayat kursi dan bawah Arsy untuk di-sambung di dalamnya. Dan surat Yaasiin bagaikan jantung al-Quran, tiada seorang yang membaca Yaasiin dengan ikhlas karena Allah dan mengharap pahala akhirat melainkan pasti dtampunkan baginya, dan bacakan Yaasiin pada orang matimu (akan mati). (HR. Ahmad). 2. Abu Hurairah r.a mengatakan, Nabi saw. bersabda:

31

Jangan kamu jadikan rumahmu bagaikan kubur. Sesungguhnya rumah yang dibaca di dalamnya surat al-Baqarah tidak dimasuki setan. (HR. Muslim, Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa'i),

3. Sahl bin Sa'ad mengatakan, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya segala sesuatu ada punggungnya yang tinggi dan punggung al-Quran surat al-Baqarah, dan siapa yang membaca di rumahnya waktu malam tidak akan dimasuki setan tiga malam, dan siapa yang membacanya siang hari tidak akan dimasuki setan tiga hari. (HR, at-Thabrani. Ibnu Hibban, Ibnu Mardawath).

4. Abu Hurairah r.a. berkata:

32

Rasulullah saw. akan mengirim pasukan yang banyak, lalu menguji orang-orang untuk membaca al-Quran apa yang dia hapal, tiba-tiba ada pemuda yang termuda ditanya, "Anda hapal apa?" Jawabnya, "Beberapa surat dan juga surat al-Baqarah". Nabi saw. bertanya, "Apakah anda hapal surat al-Baqarah?" Jawabnya, "Ya." Maka Nabi saw. bersabda, "Pergilah dan anda sebagai pimpinan mereka". (HR. at-Tirmidzi, an-Nasa'i, Ibnu Majah).

Daiam hadis ini ada tambahan, "Lalu ada seorang terkemuka dalam pasukan itu yang berkata, Saya belum berani mempelajari surat al-Baqarah, khawatir kalau tidak dapat menjalaninya".

Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata, "Siapa yang membaca sepuluh ayat dari surat al-Baqarah di waktu malam maka rumahnya tidak dimasuki setan maiam itu, yaitu empat ayat dari mulanya dan ayat kursi serta dua ayat berikutnya dan tiga ayat terakhir."
Di lain riwayat, Pada hari itu tidak akan didekati setan atau sesuatu yang tidak disukainya, bahkan jika dibacakan pada orang gila mungkin akan sembuh (gila yakni kemasukan setan).
5. Usaid bin Hudhair r.a. berkata, "Ketika aku membaca surat al-Baqarah sedang kudaku terikat, tiba-tiba kuda itu berlari-lari, maka aku diam, maka diamlah kuda itu, kemudian aku baca dan bergerak kembali kuda itu, kemudian aku bangun, karena di dekat kuda itu ada putraku Yahya, khawatir kalau diinjak kuda itu, dan ketika aku keluar melihat ke langit, terlihat seperti payung berupa lampu sehingga aku hampir tidak dapat melihat langit. Dan pada pagi harinya aku memberitahu kepada Nabi saw". Maka Nabi saw. bersabda kepadaku, "Bacalah hai putra Hudhair." Jawabku, "Aku khawatir akan putraku ya Rasulullah." Lalu Nabi saw. bertanya, "Tahukah anda apakah yang anda lihat itu?" Jawabku, "Tidak." Maka sabda Nabi saw., "Itulah Malaikat mendekati suara bacaanmu, andaikan anda baca hingga pagi niscaya orang-orang akan dapat melihatnya." (HR. Bukhari).

33

6. Abu Umamah r.a. mengatakan, Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Bacalah al-Quran sebab ia akan dapat membela (memberi syafaat) kepada yang membacanya pada hari kiamat. Bacalah kedua surat yang bagai bintang terang yaitu surat al-Baqarah dan Ali Imran, sebab keduanya akan datang di hari kiamat bagaikan awan atau naungan atau rombongan burung yang berbaris, untuk membela pada ahlinya (orang yang mengamalkannya, selalu membacanya) di hari kiamat. Bacalah surat al-Baqarah, sebab mempelajarinya berarti berkat dan meninggalkannya berarti rugi dan menyesal, dan tidak dapat melaksanakan dan mempelajarinya orang yang curang tidak jujur (ahli sihir). (HR. Ahmad. Muslim).

7. An-Nawwas bin Sam'an r.a. mengatakan, saya telah mendengar Nabi saw. bersabda: Ketak di hari kiamat akan dihadapkan al-Quran dan ahlinya, yaitu orang-orang yang mengamalkannya, didahului (dipimpin) oleh surat al-Baqarah dan Alt Imran.
(HR. Ahmad. Muslim).

34

Dan Rasulullah saw. memberikan contoh kedua surat itu bagaikan awan atau naungan (payung) atau rombongan burung yang berbaris untuk membela dan mempertahankan orang-orang yang mengamalkannya.

BismiUahirrahmanirrahim, Alif, Laam, Miim.
Ahli-ahli tafsir berbeda pendapat mengenai huruf lepas yang tercantum dalam permulaan surat.

1. Mengembalikan tafsirnya kepada Allah, hanya Allah yang mengetahuinya. Demikian pendapat Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Ibnu Mas'ud r.a.
2. Nama surat atau sebagian dari nama Allah yang diletak-kan dalam permulaan surat. Tiap huruf menunjukkan nama Allah: Alif = Allah, Laam, — Lathif, Miim — Majid. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Alif, laam rniim termasuk ismullahil a'dham.*1
3. Ada yang berpendapat, Tujuan huruf-huruf lepas itu menunjukkan Tjazul Quran, kelebihan mukjizat al-Quran, mes-kipun al-Quran tersusun dari huruf kalimat yang biasa dipergunakan oleh makhluk, tetapi makhluk takkan sanggup menyu-sun, membuat seperti al-Quran, walaupun seperti surat yang sesingkat-singkatnya sekalipun, demikian pendapat ar-Razi dari al-Mubarrid dan al-Qurthubi, al-Farraa1, kemudian dibenarkan oleh az-Zamakhsyari dan diikuti oleh Ibnu Taimiyah.

Az-Zamakhsyari berkata, "Dan sengaja semua huruf-huruf itu tidak dijadikan satu, tetapi diulang dalam beberapa surat, supaya lebih kuat dan hebat tantangannya, juga ada kalanya hanya satu huruf atau dua huruf, tiga huruf, empat huruf dan lima huruf, sebagaimana kebiasaan susunan kata-kata dalam bahasa Arab seperti: Nun haa mim, alif lam mim, alif lam mim shad, kaf ha ya ‘ain shad.

Ibn Katsier berkata, "Karena itu setiap surat yang dimulai dengan huruf-huruf lepas ini, maka langsung menyebut kelebihan, kebesaran keagungan al-Quran, dan ini dapat dirasakan dan diketahui oleh orang yang benar-benar memeprhatikan al Quran yang tersebut dalam dua puluh sembilan surat seperti: Alif laam mim Dzalikal kitabu laa raiba fihi. Alif lam mim tanzilulkitab. Alif lam mim shad, Kitabun

35

anzalnahu. Ha'mi'm Walkitabil mubin. Haa'mim Tanzflun mi-narrahmanirrahim.
Dzalikal kitabu laa raiba fiihi hudan W muttaqiin. (2). = Inilah kitab yang tiada mengandung keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. (2).
Kitab al-Quran ini tidak ragu bahwa ia benar-benar diturunkan oleh Allah. Tidak ragu bahwa semua beritanya benar, tuntunannya benar, hukumnya adil dan bijaksana, tidak ragu bahwa ia akan mencapai hajat tujuan hidup manusia dunia dan akhirat. Seperti tersebut dalam ayat:
Katakanlah bahwa al-Quran ini bagi orang yang beriman (percaya) menjadi petunjuk dan penyembuh.
Dan Kami telah menurunkan dalam al-Quran apa-apa yang mengandung obat penyembuh dan rahmat bagi orang mukminin, dan tidak menambah apa-apa bagi orang zalim kecuali rugi semata-mata.

Hai semua manusia, kini telah datang kepadamu nasihat (tuntunan) dari Tuhanmu dan obat penyembuh dari berbagai penyakit dalam dada, dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin (yang percaya).

36

Hudan berarti nur cahaya. Lil muttaqiin = Orang mukmin yang berhati-hati dari syirik, menjauhi syirik dan melakukan taat. Demikian keterangan Ibnu Abbas.
Al-Hasan al-Bashri berkata, "Takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajib-kan oleh Allah. Takwa kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan. Athiyah as-Sa'di mengatakan, Rasulullah saw. bersabda: Seorang hamba tidak dapat mencapai Mutaqqin (derajat takwa), sehingga meninggalkan apa yang tidak berdosa semata-mata karena khawatir terjerumus dalam dosa. (HR. at-Tirmidzi. Ibnu Majah, Hasan Gharib).

Kewaspadaan. ini ialah sebagaimana ketika Umar bin al-Khatthab r.a. bertanya kepada Ubay bin Ka'ab tentang takwa. Jawab Ubay, "Apakah anda tidak pernah berjalan di tempat yang penuh duri?" Jawab Umar, "Ya." Pertanyaan, "Lalu anda berbuat apa?" Jawab Umar, "Saya sangat waspada dan bersungguh-sungguh menyelamatkan diri dari duri itu." Ubay berkata, "Itulah contoh takwa (kewaspadaan dengan kecermatan)."

Ibnul Mu'tazz berkata, "Khalifa dzunuba shaghiraha waka-biraha. Dzaa kat tuqa. Wash-na' kamaa syin fauga. Ardhisy-syauki yah dzaru maa yara. Laa tahqiranna shaghiratan, innal jibala minalhasha, artinya: "Tinggalkan semua dosa yang kecil maupun yang besar, itulah takwa. Dan berbuatlah seperti orang yang berjalan di tanah yang penuh duri, selalu waspada dari apa yang dilihatnya. Jangan meremehkan dosa kecil, ingatlah gunung yang besar tersusun dari batu-batu yang kecil (kerikil).

Abu Umamah r.a. tnengatakan, Rasulullah saw. bersabda:

37


Seorang tidak pernah mendapat keuntungan setelah ia bertakwa kepada Allah yang lebih baik daripada mendapat istri shalihah, yaitu jika dilihat menyenangkan, jika disuruh taat, dan jika disumpah menepatinya, jika ditinggal menjaga dirinya dan hartanya. (HR. Ibnu Majah).

Alladzina yu'minuunaa bilghaibi wa yuqiimu nasshalata wa mimma razaqnaa yunfiquun = Orang muttaqin ialah, mereka yang percaya pada ajaran yang gaib tidak dapat dicapai oleh panca indera dan menegakkan salat, dan dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka, mereka membelanja-kan (mendermakan). (3).

Iman ialah percaya yang dilengkapi dengan rasa takut, lalu beramal. Sifat pertama dari orang-orang muttaqin. Beriman, percaya pada segala berita dan ajaran yang gaib, percaya ada-nya Allah, malaikat, Kitab Allah dan utusan Allah, Hari Kemudian, Akhirat, surga dan neraka.

Iman tidak cukup dengan hati harus diucapkan, tidak cukup diucapkan, harus diamalkan, dan iman dapat bertambah dan berkurang. Dan rasa takut kepada Allah termasuk intisari iman.

Abdurrahman bin Yazid berkata, "Ketika kami duduk di majelis Abdullah bin Mas'ud r.a. kami membicarakan sahabat Nabi saw. dan kelebihan mereka dari kami, lalu Abdullah bin Mas'ud berkata, 'Ajaran Nabi Muhammad saw. jelas bag! orang yang melihat dan bertemu padanya. Demi Allah yang tiada Tuhan lainNya tiada seorang beriman yang lebih utama

38

(afdhal) daripada beriman dengan gaib, lalu Abdullah bin Mas'ud membacakan, aliflaam miim dzaalikal kitaabu laa raiba fiihi hudan Hlmuttaqiin hingga almufiihuun".

Ibn Muhairiz berkata kepada Abu Jum'ah, "Ceriterakan kepada kami apa yang telah kamu dengar dari Rasulullah saw!" Jawab Abu Jum'ah, "Baiklah akan aku ceriterakan kepadamu hadis yang baik, yaitu, Kami makan siang bersama Nabi saw. dan bersama kami juga Abu Ubaidah bin at-Jarrah. Lalu dia bertanya, 'Ya Rasulullah apakah ada orang yang lebih baik daripada kami, padahal kami telah Islam dan berjuang bersama-mu?' Jawab, Nabi saw., "Ya, yaitu kaum (orang-orang) yang akan datang sesudahmu, mereka percaya kepadaku padahal mereka tidak melihat (bertemu) dengan ku". (HR. Ah mad).

Salih bin Jubair berkata, Abu Jum'ah al-Anshari r.a. sahabat Nabi saw. datang untuk sembahyang di Baitil Maqdis, sedang bersama kami Rajaa* bin Hayaat r.a. Kemudian ia akan kembali, kami mengantarkannya. Lalu ia berkata, 'Kalian berhak menerima jaizah (hadiah). Aku akan ceriterakan kepadamu hadis yang aku dengar dari Rasulullah saw. Kami berkata, Silakan. semoga Allah member! rahmat kepadamu. Kemudian ia berkata, 'Ketika kami bersama Rasulullah saw. 'dan Mu'adz bin Jabal orang yang kesepuluh di antara kami, kami bertanya, Ya Rasulullah, apakah ada kaum yang lebih besar pahalanya dari kami, kami telah percaya kepada Allah dan taat kepadamu?" Jawab Nabi saw., "Apakah yang dapat menghalangi kamu untuk beriman sedang Rasulullah di sisimu dan wahyu masih turun dari langit di tengah-tengah kamu, tetapi ada kaum yang akan datang sesudahmu, mereka hanya percaya pada kitab (buku yang dibendel, lalu percaya dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya, mereka lebih afdhal (utama) dari kalian, mereka lebih afdhal daripada kamu, mereka lebih besar pahalanya daripada kamu". (HR. Abu Bakar bin Mardawaih).

Wa yuqiimuunas shalaata = Menegakkan salat. Ibnu Abbas berkata, "Iqamatus shalat yaitu menyempurnakan rukuk, sujud, bacaan dan khusyuk."
Qatadah berkata, "Menjaga waktunya, wudunya dan rukuk, sujudnya."
Salat da!am arti bahasa yakni berdoa.. Tetapi dalam istilah agama, berarti beberapa bacaan dan gerak perbuatan yang di-

39


mulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan syarat-syarat yang tertentu.
Wa mimma razaqnaahum yunfiquun. Ibnu Abbas berkata, "Zakat hart a." Ibnu Mas'ud berkata, "Belanja untuk keluarga. Dan itu sebelum diwajibkan berzakat."
Qatadah berkata, "Belanjakan apa yang diberikan Allah kepadamu, sebab harta kekayaan hanya titipan sementara padamu, dan tidak lama akan terpisah."

Seringkali Allah menggandeng (membarengkan) perintah salat dengan zakat atau infak, sebab salat ibadat yang meliputi tauhid, pujian dan doa serta menyerah diri pada Allah, sedang infak berupa uluran tangan dan budi kepada sesama manusia, yakni amal kebaikan yang menjalar dan berguna bagi makhluk, karena itu yang utama kepada keluarga, kerabat, buruh kemudian yang lain-lainnya.

Infak di sini meliputi semuanya yang wajib maupun yang sunat.
Walladziina yu'minuuna bimaa unzila ilaika wamaa uunzila min qablika wabilaakhirati hum yuu qinuun. (4) = Dan mereka yang beriman (percaya) pada apa yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelummu dan- terhadap akhiraf mereka yakin benar. (4).

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Mereka yang percaya pada apa yang diturunkan Allah kepadamu daripada wahyu, juga percaya pada apa yang diturunkan Allah pada Rasulrasul yang sebelummu, dan kepada akhirat mereka yakin, terhadap bangkit sesudah mati, kiamat, surga, neraka, hisab dan mizan timbangan amal."

Ibn Jarir menerangkan tiga pendapat ulama tafsir mengenai tujuan ayat tiga dan empat ini:
1. Kedua ayat ini sama-sama ditujukan kepada semua orang mukmin dari bangsa Arab maupun ahli kitab.
2. Keduanya sama tertuju kepada orang mukmin dari ahli kitab saja.
3. Ayat ketiga untuk orang mukmin dari bangsa Arab, sedang yang keempat tertuju kepada orang mukmin ahlil kitab.
Bersamaan dengan ayat 199 surat All Imran:

40

Sesungguhnya ada di antara orang ahlil kitab, orang yang percaya (beriman) pada Allah dan apa yang diturunkan kepadamu, dan apa yang diturunkan kepada mereka, mereka khusyuk, tunduk, taat kepada Allah.

Dan surat al-Qashash ayat 52, 53, 54 yang berbunyi: Mereka yang telah Kami turuni kitab sebelum al-Quran ini, mereka juga telah beriman. Dan bila dibacakan kepada mereka al-Quran mereka berkata, "Kami telah beriman dengan al-Quran itu, sungguh itu hak dan benar dari Tuhan kami, sungguh kami dari sebelum turunnya al-Quran telah Islam. Mereka yang sedemikian akan diberi pahala lipat dua kali karena kcsabaran mereka. (al-Qashash 52, 53, 64).

Abu Musa r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tiga macam orang yang akan diberi pahala mereka lipat dua kali: 1. Seorang ahlil kitab yang telah beriman kepada Na-

41


binya, kemudian beriman kepadaku; 2. Seorang hamba sahaya yang menunaikan kewajiban terhadap Allah dan ke-wajiban terhadap majikannya; 3. Seorang yang mendidik hambanya (wanita) dengan baik, kemudian dimerdekakan dan dikawininya.
(HR. Bukhari, Muslim).

Mujahid berkata, "Allah telah menyebut dalam permulaan surat al-Baqarah sifat orang mukmin dalam empat ayat, dan sifat orang kafir dalam dua ayat. Dan tiga belas ayat sifat orang muriafik.

Maka tiap orang mukmin harus bersifat dengan semua sifat yang tersebut dalam ayat-ayat itu, sehingga tidak sah iman jika hanya bersifat dengan satu tanpa yang lain, maka harus beriman bilghaib dan mendirikan salat, dan berzakat dan percaya pada apa yang diturunkan, diajarkan oleh Rasulullah saw. dan apa yang diajarkan oleh Nabi-nabi yang sebelumnya, serta yakin terhadap akhirat sebagaimana firman Allah dalam ayat 136 an-Nisa:

Hat orang-orang yang beriman, percayalah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya juga kitab yang diturunkan sebelumnya. (an-Nisa 136). Dan ayat 46 al-Ankabut:

Katakanlah, "Kami beriman (percaya) kepada apa yang diturunkan pada kami dan apa yang diturunkan kepada kamu, Tuhan kami dan Tuhanmu hanya satu. (al-Ankabut 46).

42

Di dalam hadis sahih Nabi saw. bersabda: Jika orang-orang ahlil kitab berceritera kepadamu, maka jangan kamu dustakan dan jangan kamu percaya, tetapi kamu katakan; Kami percaya pada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.

Rasulullah telah percaya pada apa yang diturunkan Tuhan kepadanya, juga orang-orang mukminin, masing-masing percaya pada Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya, kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun dan Rasul-rasuI-Nya. (al-Baqarah 285).

Za lika ala hudan min rabbihim, wa ulaa'ika humul muflihuun (5) = Mereka yang mendapat hidayat dan Tuhan mereka, dan mereka pula orang-orang. yang bahagia (untung). (5).

Mereka yang bersifat sebagaimana tersebut dalam ayat ke-dua dan ketiga, merekalah yang mendapat petunjuk hidayat, nur dan penerangan dart Allah dan merekalah yang akan bahagia dan untung di dunia dan akhirat.

Ibnu Abbas berkata, ketika orang-orang mengeluh kepada Nabi saw., 'Ya Rasulullah, kami membaca al-Quran, maka timbul harapan. Tetapi ada kalanya kami membaca al-Quran, lalu timbul rasa patah harapan.' Jawab Nabi saw., "Sukakah aku beritakan kepadamu ahli surga dan ahli neraka?" Jawab saha-

43

bat, 'Baiklah ya Rasulullah.' Lalu Nabi saw. membaca, "Alif laam miim, Dzaalikalkitaabu laa raiba fiihi sampai Almuflihuun ayat kelima, mereka ini ahli surga". Sahabat berkata, 'Kami mengharap semoga termasuk golongan mereka itu.' Kemudian Nabi saw. membaca ayat keenam: Innal ladziina kafaru sa-waa'un alaihim hingga adhiim (ayat keenam ketujuh), mereka ini ahli neraka". Sahabat berkata, 'Kami bukan golongan mereka ini ya Rasulullah.' Jawab Nabi saw., "Benar".(HR. Abi Hatim).

Innal ladzina kafaru sawaa'un alaihim a'andzartahum am lam tundzirhum laa yu'minuun (6) = Sesungguhnya mereka yang kafir, sama saja terhadap mereka engkau peringatkan atau tidak, mereka tetap tidak akan beriman. (6).

Kafaru berarti tertutup dari kebenaran oleh kepentingan mereka, sehingga karena kepentingan maka tidak menghiraukan kebenaran tumunan Allah, tidak menaati ajaran Allah dan Rasulullah saw. merasa jika menurut ajaran Allah dan Rasulullah tidak akan tercapai kepuasan nafsunya.

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Tadinya Rasulullah saw. berhasrat sungguh-sungguh supaya semua orang mendapat hidayat dan mengikutinya, maka memberitahu oleh Allah, bahwa manusia takkan beriman, kecuali yang tercatat bahagia dalam Lauh Mahfudh, demikian pula takkan tersesat kecuali yang tercatat sial dalam Lauh Mahfudh, tersebut dalam ayat 96-97 surat Yunus:

Sesungguhnya mereka yang selayaknya menerima siksa Tuhan tidak akan beriman. Meskipun telah sampai kepada mereka segala bukti tuntunan sehingga melihat dengan nyata siksa yang sangat pedih. (Yunus 97).

44

Di lain ayat. Fa innama alaikal balaaghu wa alainal hisab = Sesungguhnya kewajibanmu hanya menyampaikan dan Kami yang akan mengadakan hisab perhitungan.

Maka siapa yang tercatat di sisi Allah, celaka maka takkan ada yang dapat menolongnya, memperbaikinya atau menasihati-nya, karena itu engkau jangan sedih memikirkan mereka dan jangan hiraukan terhadap mereka yang tidak suka menerima ajaranmu.

Khatamallahu alaaquluubihim wa ala sam'ihim wa ala ab-sharihim ghtsyawatun walahum adzabun adhiim (7) = Allah telah menutup hati mereka, dan telinga mereka, sedang mata mereka kabur, dan untuk mereka siksa yang berat. (7).

Karena dikuasai, dipengaruhi oleh setan sehingga penuh dengan. dosa dan pelanggaran maka akhirnya tertutup hati oleh banyaknya dosa sebagaimana firman Allah, "Wa aha that bihi khathi'atuhu = Dosa-dosanya telah meliputinya (menutupinya).
Sebagian ulama tafsir mengatakan, Khatamallahu alaaquluubihim. Dalam ayat ini, Allah memberitahukan tentang ke-sombongan mereka sehingga mengabaikan hak dan enggan mendengarkan ajaran tuntunan yang baik.

Dan Allah telah menutup hati mereka sebagai alasan yang setimpal sesuai dengan merajalela mereka dalam kebatitan dan menolak hak, sebagaimana tersebut di lain ayat: Bal thaba Al-lahu alaiha bikufri Him = Bahkan Allah telah menutup hati mereka karena kekafiran mereka.

Hudzaifah r.a. mengatakan, Nabi saw. bersabda:

45


Ujian fitnah itu selalu ditawarkan ke dalam hati manusia, satu persatu bagaikan daun tikar sehelai-helai, maka yang mana yang termakan oleh hati itu bertitik hitam di dalamnya, dan tiap hati yang menolaknya bertitik putih, sehingga ada dua bentuk hati, yang putih bagaikan marmar yang putih, yang tidak terpengaruh oleh fitnah yang bagai-manapun juga adanya selama adanya langit dan bumi, sedang yang kedua hitam kelam bagaikan dandang (periuk untuk menanak nasi) yang terbalik tidak mengenal tna'ruf dan tidak menolak mungkar.

Abu Hurairah r.a. mengatakan, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya seorang mukmin jika berbuat dosa berbintik hitam dalam hatinya, kemudian jika ia tobat dan menghentikan dosa itu, kembali bersih mengkilat hatinya, tetapi bita ia menambahnya, maka bertambah bintik hitamnya sehingga menutupi hatinya, maka itulah yang bernama Arraan yang tersebut dalam ayat: Kallaa bal raana alaa quluubihim maa kaanu yaksibun = Tidak demikian tetapi telah kotor (keruh) hati mereka karena perbuatan mereka sendiri.(HR. at-Tirmidzi, an-Nasa*i, Ibnu Majah).

46

Dalam hadis dan ayat ini nyata Allah menyatakan bahwa dosa itu jika terus menerus diperbual dapat menutup hati dan jika telah diliputi oleh dosa yang demikian Allah menutupnya, sehingga tidak ada jalan untuk beriman dan tidak dapat terlepas dari kekafirannya. Maka itulah yang disebut Khatama Allah alaa quluubihim wa alaa sam'ihim.

Dan ayat, Bal thaba Allahu alaiha bikufrihim: Wa minannaa si man yaquulu aamannaa billahi wa bil yau-mil aakhiri wamaa hum bimu'miniin (8)- Dan sebagian da-ri manusia ada yang berkata, "Kami beriman pada Allah dan hari kemudian (akhirat)", padahal mereka tidak ben'-man. (8).
Yu khaa di'uunallaha walladzina aamanu wamaa yakh da'uuna ilia anfusahum wamaa yasy'uruun. (9) = Mereka akan menipu Allah dan kaum mukminin, padahal mereka tiada menipu kccuali dirinya sendiri, scdang mereka tidak merasa. (9).
Kemudian sesudah hijrah ke Madinah dan mutai terlihat kekuatan Islam sesudah mencapai kemenangan dalam perang Badar, barulah ada orang-orang yang berpura-pura Islam padahal hatinya masih tetap kafir seperti Abdullah bin Ubay bin Salul tokoh Khazraj yang pernah akan dinobatkan sebagai Presiden di Madinah, tetapi gagal karena tiba-tiba Nabi saw. datang di kota Madinah, Demikian pula kawan setianya Abdullah bin Ubay.

Setelah Allah menyebut sifat orang mukminin, muttaqin dalam empat ayat lalu orang-orang kafir dalam dua ayat, maka di sini Allah akan menyebut sifat orang-orang munafik yang berusaha menunjukkan iman dan menyembunyikan kafir, oleh karena keadaan mereka ini sangat berbahaya maka Allah me-

47


nyebutkan sifat mereka secara luas dalam berbagai macam cara siasat mereka yang licin dan penakut itu, supaya orang Muslim menghindari sifat-sifat itu dan juga waspada terhadap orang yang bersifat sedemikian, sebagaimana tersebut dalam surat Bara'ah, al-Munafiqun, an-Nur, sengaja Allah menyebutkan sifat orang munafik secara meluas supaya kaum mukminin jangan tertipu oleh siasat dan perangkap mereka. Mereka de-ngan perbuatan nifaknya seakan-akan menipu Allah dan kaum mukminin, padahal akibat bahaya nifak itu hanya akan menimpa din mereka sendiri, sedang mereka tidak merasa dan me-ngerti yang demikian itu.

Fi qulubihin maradhun fazadahumullahu maradhaa, wala-hum adzaabun aliimun bimaa kaa nuu yakdzibuun (10) = Di dalam hati mereka ada penyakit ragu, maka Allah menambah penyakit mereka. Dan bagi mereka siksa yang pedih karena mereka berdusta. (10)

Yakdzibuun; berdusta dalam ucapan syahadatnya dan kata imannya. Yukhadz-dzibuun bcrarti mendustakan segala berita yang gaib, ajaran yang dibawa oleh Nabi saw.

Dalam surat Bara'ah (at-Taubah) ayat 124 - 125 disebutkan:
Adapun orang-orang yang beriman maka bertambahlah iman mereka dan mereka selalu gembira (selalu mendapat kabar gembira). (124). Adapun orang yang dalam hati mereka ragu (munafik) maka akan bertambah keruh (sesat, bahaya) di samping kekeruhan yang telah ada pada mereka. (125).
Memang demikian jika ia dan semlila telah beriman maka

48

tiap ajaran wahyu yang baru akan menambah imannya, sebaliknya jika ia dari semula ragu, sesat maka tiap ayat surat yang turun akan menambah keraguan dan kejengkelan dan kekeruhan pikiran serta kesesatannya.

Al-Qurtubi ketika ditanya tentang hikmat mengapa Nabi saw. tidak membunuh mereka padahal ia mengetahui keadaan mereka, maka jawabnya adalah sebagaimana yang tersebut di dalam sahih Bukhari, Muslim: Rasulullah saw. berkata kepada Umar r.a., "Saya tidak suka orang-orang menyiarkan bahwa Muhammad membunuh kawan-kawannya".

Khawatir kalau-katau orang-orang Arab yang tidak mengetahui sebab pembunuhan itu, mungkin mundur dan takut masuk Islam.

Imam Malik berkata, "Rasulullah saw. tidak membunuh orang munafik untuk menjelaskan pada umatnya bahwa seorang hakim tidak boleh menghukum menurut pengetahuannya sendiri."

Imam Syafii berkata, "Yang menahan Nabi saw. untuk tidak membunuh orang-orang munafik padahal ia mengetahui keadaan mereka, karena mereka telah menunjukkan apa yang dapat menahan (memelihara) darah dan harta mereka, sebagai tersebut dalam hadis sahih."

Aku diperintah memerangi orang-orang sehingga mereka mengucap, "Laa ilaha illallah", maka bila mereka telah mengucapkannya terpelihara dari padaku darah dan harta mereka kecuali dengan haknya dan perhitungan mereka terserah kepada Allah Azza wa Jalla. (Bukhari, Muslim).

Allah menyebut keadaan orang munafik di Masyhar, dalam surat al-Hadid ayat 14:
Mereka berseru, kepada kaum mukminin: Tidakkah kami tadi bersama kamu? Dijawab: "Benar, tetapi kamu telah merusak (membinasakan) dirimu, dan menanti-nanti (kebi-

49


nasaan kami), dan kamu ragu, dan kamu tertipu oleh angan-angan sehingga tiba apa yang dikehendaki oleh Allah (putusan Allah). (al-Hadid 14).

Wa idzaaqiila lahum la tufsidu fil ardhi qaa lu innamaa nahnu muslihuun. (11). Alaa innahum hummul mufsiduuna waa kin laa yasy'uruun. (12). (Jika dikatakan kepada mereka: "Kamu jangan merusak di atas bumi". Jawab mereka: "Sesungguhnya kami memperbaiki". (11), Ingatlah itulah yang merusak, tetpai mereka tidak merasa. (12).

Laa tufsidu fil ardhi: "Jangan berbuat maksiat di atas bumi, sebab kebaikan bumi ini hanya tercapai dengan taat maka tiap perbuatan maksiat atau anjuran untuk berbuat maksiat maka itu berarti merusak, mengacau.

Ibn Jarir berkata: "Orang munafik merusak diatas bumi karena maksiat dan pelanggaran mereka terhadap larangan Allah serta mengabaikan perintah Allah dan ragu terhadap ajaran agama yang mengharuskan percaya dan yakin, juga mereka membantu pada orang-orang yang mendustakan ajaran Allah dan Rasulullah saw. Dan orang-orang munafik itu selalu merasa bahwa perbuatan kejahatan mereka itu sebagai perbaikan dan kebaikan".

Innamaa nahnu mush-lihuun: "Sesungguhnya kami hanya memperbaiki antara kedua golongan kafir dengan mukmin, dan kami dapat berdamai dan baik dengan keduanya. Ingatlah justni usaha untuk mencampur aduk antara iman dengan kufur itulah pengrusakan dan pengacaubalauan, hanya karena kebo-dohan mereka maka mereka tidak mengetahui dan tidak dapat merasakan".

50

Wa idzaa qiila lahum aaminu kamaa aamanannaasu qaaluu anu'minu kamaa aamanas sufahaa'u, alaa innahum hummus sufahaa'u walaa kin laa ya'lamuun. (13).

Jika dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana imannya orang-orang yang taat." Maka jawab mereka, "Apakah akan disuruh beriman seperti orang-orang yang bodoh-bodoh?" Ingatlah mereka itulah yang bodoh, tetapi tidak menyadari kebodohannya. (13).

Orang munafik selalu merasa lebih bijaksana atau modern, sebab mereka tidak mempunyai keyakinan dan selalu ragu, karena itu mereka menganggap tiap orang yang percaya dan yakin itu bodoh, tidak maju pikirannya. Padaha! keraguan mereka terhadap ajaran Allah dan Rasulullah saw. itulah kebodohan dan kesesatan yang jelas, tetapi mereka tidak mengetahui, tidak merasa, tidak sadar terhadap kesesatan dan kebodohan yang mencolok itu. Orang sekarang mengatakan orang yang taat patuh pada tuntunan Allah tanpa ragu itu dengan istilah kolot, tidak maju, kurang modern.

Safat jamaknya suffahaa ialah orang bodoh yang lemah pikiran dan tidak dapat membedakan antara baik dengan buruk, yang berguna dengan yang berbahaya.

Wa idza laqul ladzina aamanu qaalu aamanna, wa idzaa khalau Haa syayathiinihim qaa luu innaa ma'akum innamaa nahnu mustahzi'uun. (14), Allahu yastah zi'u bihim wa ya-mudduhum Gi thugh yaainihim ya'mahuun. (15). = Dan jika mereka bertemu dengan orang-orang mukmin mereka berkata, "Kami juga beriman seperti kamu. " Dan jika mereka

51


kembali menyendiri dengan setan-setan (tokoh, pemimplni mereka berkata, "Kami tetap setia kepadamu, kami hanya mempermainkan orang mukmin." (14). Allah akan membalas cjekan mereka, dan membiarkan mereka dalam kcse-satan mereka bingung. (15).

Jika bertemu dengan kaum mukminin mereka berpura-pura beriman, tetapi jika mereka telah kembali kepada pemimpin, tokoh mereka, mereka mehyatakan tetap setia, tetap sependirian dengan mereka, dan mereka hanya akan mempermainkan orang mukmin.
Fii thugh yanihim ya'mahuun = Dalam kesesatan mereka buta bingung, tidak mendapalkan jalan untuk keluar, sebab Allah telah menutup hati, teltnga dan mata penglihatan kabur, mereka tetap tidak mendapat petunjuk.

Ulaa'ikalladziinasy tarawudh dhalaalata bilhudaafamaa ra-bihat tijaa ratuhum wamua kaa nuu muhtadiin. (16) = Mereka telah membeli kesesatan dengan petunjuk hidayat maka tidak untung (laba) perdagangan mereka, dan mereka tidak mendapat hidayat (petunjuk). (16).

Isytarau = Mengambil, memilih, mengutamakan kesesatan daripada petunjuk ajaran Allah dan Rasulullah saw.

Mereka telah keluar dari petunjuk hidayat menuju kepada kesesatan, dari jama'atul muslimin kepada perpecahan, daripada keamanan kepada ketakutan, daripada sunnaturrasul kepada bid'ah yang berlawanan dengan ajaran Rasulullah saw.

Yang demikian itu karena mereka telah beriman kemudian kafir, maka tertutuplah hati mereka.

52

Matsaluhum kamatsalil ladzis tauqada naara, falammaa ad-ha a'at maa haulahu dzahaballahu binuurihim waarakahum fii dhulumaatin laayub shiruun. (17). Shummum bukmun umyun fahum laa yarji'uun. (18) = Contoh perumpamaan mereka bagaikan seorang yang menyalakan api, maka ketika telah terang apa yang di sekitarnya, tiba-tiba Allah memadamkan cahaya penerangan mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan tidak melihat apa-apa. (17). Mereka pekak, bisu dan buta, maka mereka takkan dapat kembali kepada kebenaran. (18).

Contoh perumpamaan ini diumpamakan ketika mereka telah memilih kesesatan sesudah ia mertgenal petunjuk hidayat, sehingga menjadi buta setelah ia melihat, bagaikan orang yang menyalakan api, maka ketika terang, apa yang ada di sekitarnya tampak dengan nyata, dan dapat mempergunakan apa yang dapat dilihat di kanan-kirinya. Tiba-tiba padamlah api, dan berada dalam getap gulita, sehingga tidak dapat melihat apa-apa, bahkan ia menjadi pekak, bisu. Andaikan ada penerangan lagi, sudah tidak dapat melihat lagi, karena itu ia tidak mungkin dapat kembali sebagaimana sediakala ketika masih beriman. Ayat ini menunjukkan bahwa mereka tadinya beriman kemudian ingkar dan kafir.

Ar-Razi berkata, "Contoh perumpamaan ini sangat tepat, sebub mereka pada mulanya mendapat nur iman, kemudian dibatalkan dengan keraguan nifaknya sehingga menjadi bingung karena kehilangan pegangan agama."

Dzahabailahu binuurihim = Allah memadamkan cahayanya yang sangat berguna bagi me'reka dan tinggal tetap pan as dan asap api itu yang akan mencemaskan mereka dalam suasana ge-lap, panas dan sesak napas dengan asapnya.

Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat berkata, "Sesungguhnya ada beberapa orang ketika Nabi saw. baru hij-rah ke Madinah yang masuk Islam, kemudian mereka menjadi munafik meragukan ajaran tuntunan Islam, sehingga tadinya ia mengenal halal, ha ram, baik dan buruk, kemudian karena ragu maka kembali dalam kegelapan bingung.

53

Au kashayyibin minassamaa'i fiihi dhulumaa tun wara'dun wabarqun, yaj aluuna ashaa bi'ahum fi aadzaa nihim minas shawaa'iqi hadzaralmaut, wallahu muhiithun bil kaafiriin. (19). Yakaa dul barqu yakh thafu ab shaa rahum kullamaa adhaa'a lahum masyau fiihi, wa idzaa adh lama alaihim qaa mu walau syaa Allah Jadzhahaba bisam'ihim wa abshaarihim innallaha alaa kulli syai'in qadier. (20). = Atau bagaikan hujan yang turun dari langit, diliputi dengan gelap, petir dan kilat, mereka meletakkan jari-jarinya dalam telinga, karena kerasnya suara haiilintar, khawatir mati. Dan Allah tetap mengurung orang-orang kafir. (19). Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka, tiap mereka mendapat penerangan berjalan di dalamnya, dan bila telah gelap kembali mereka berdirilberhenti, andaikan Allah herkehendak niscaya menghapuslmelenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka, sesungguhnya Allah atas segala sesuatu Mahakuasa. (20).
Di dalam ayat ini Allah mengumpamakan ajaran Islam dengan turunnya al-Quran, bagaikan air hujan yang turun dari langit, yakni hajat jiwa manusia kepada at-Quran sama dengan hajat jasmani manusia kepada hujan sedang kegelapan yang meliputi hati (jiwa) manusia ialah kufur (ingkar) ragu dan nifak. Di dalam alQuran cukup dijelaskan kesemuanya itu, ada kalanya disertai ancaman terhadap orang kafir atau munafik, dan ada kalanya berupa panggilan supaya segera bertobat kembalI kepada tuntunan ajaran Allah untuk diampuni dan diberi rahmat.
Ada kalanya penerangan hak yang dibawakan alQuran menerangi hati mereka sehingga mereka ikutinya, tetapi kemu-dian oleh kepentingan tiba-tiba mereka ragu dan bingung, sebab hati mereka menjadi gelap dan terpaksa mereka berhenti.
Yakni jika mereka melthat kemenangan Islam, meuasa te-nang dan senang, tetapi sebatiknya bila melihat musibah me-nimpa pada Islam mereka bingung antara tetap mengikuti atau melepaskan diri dari Islam sebagaimana firman Allah dalam ayat 1 1 surat al-Hajj.
Sebagjan dari manusia ada yang menyembah Allah (taat pada Allah) dengan ragu, maka jika mendapat keuntungan ia tenang dalam agama tetapi jika ditimpa ujian balak berbalik mu-ka. Dia rugi dunia dan akhirat, itulah kerugian yang nyata. (11).

Tetapi orang munafik menutup telinganya dengan semua jari-jarinya takut mati, demikian Allah memberi contoh sifat munafik, ragu terhadap ajaran Allah sehingga ia mengira ajaran tuntunan Allah berbahaya terhadap dirinya dan ia mengira jika menurut tuntunan hidayat petunjuk Allah akan binasa dan mati.

Adapun penerangan al-Quran cukup terang sehingga hampir menyambar penglihatan pandangan mereka, hampir mempengaruhi mereka, sehingga jika terlihat terang mengikuti terpaksa mengikutinya, tetapi jika kembali menjadi gelap mereka bingung hilang akal terpaksa berdiri tegak, tidak tahu ke mana harus pergi dan bagaimana harus berbuat sebab ia tidak tetap beriman percaya kepada Allah dan Rasulullah saw.
Abu Said r.a. mengatakan, bahwa Rasulullah saw. Bersabda

55


Hati manusia ada empat, 1. Hati yang bersih di dalamnya terang bagaikan lampu 2. Hati yang tertutup dan terikat tutupnya, 3. Hati yang tengkurap, 4. Hati yang berlapis-lapis. Adapun hati yang bersih maka itu adalah hati orang mukmin, lampunya ialah nur imannya. Adapun hati yang tertutup adalah hati orang kafir. Adapun hati yang tengkurap adalah hati orang munafik yang asli ia mengetahui kemudian mungkir. Adapun hati yang berlapis, maka hati yang ada iman dan nifak, perumpamaan iman di dalamnya bagaikan biji yang disirami air yang baik dan contoh nifak bagaikan luka yang mengeluarkan darah dan nanah, maka benda yang mana lebih banyak (kuat mengalahkan yang lain).

Dalam surat al-Hadid ayat 12, Allah berfirman yang artinya, "Pada hari kiamat kelak anda akan dapat melihat orang mukmin laki dan wanita diliputi oleh cahaya penerangan dari depan dan kanan mereka dan mereka disambut dengan ucapan, 'Bergembiralah kalian hari ini, mendapat surga yang di bawah-nya mengalir sungai-sungai, kekal di dalamnya dan itulah keun-tungan yang besar".

Pada hari kiamat kelak orang munafik laki dan wanita akan berkata kepada orang-orang mukmin, "Lihatlah kami da-pat mengambil penerangan dari cahaya nurmu." Kemudian mereka

56

diperintah, "Kembalilah ke belakangmu untuk mencari nur cahaya," Kemudian ditutup dt antara keduanya desigan dinding yang di dalamnya berisi rahmat, sedang yang di luarnya siksa. (13). Kemudian mereka berseru dari luar, "Tidakkah kami tadi bersama kamu?" Dijawab oleh orang-orang mukmin, "Benar tetapi kalian telah merusak dirimu sendiri dan menanti-nanti kegagalan kami dan ragu terhadap ajaran agama kami, dan kalian telah tertipu oleh angan-angan (kepentingan) sehingga ti-ba ketentuan takdir Allah, dan kalian tertipu oleh kemurahan Allah sehingga mempermainkan agama Allah. (14).

Maka kesimpulan dari semua ayat-ayat yang telah tersebut bahwa kaum mukminin terbagi dua, muqarrabin dan abrar. Orang kafir juga dua pimpinan dan pengikut. Orang munafik juga dua yang seratus persen dan yang ada sebagian dari nifak.
Setelah semua keterangan itu maka kini ayat berupa pang-gilan Allah kepada semua manusia, 21 - 22:

Ya nyyuhsnnaa su'budu rabbakumul ladzi khalaqakum wal-ludziina rnin qablikum la'allakum tattaquun. (21). Alladzii la 'ala lakumul ardha firaasyan wassama'a binaa'a \va anzala minassamaa'i maa'a fa akh raja bihi minats tsamaraati rizq-an lakum falaa taj'alu tillahi andaada wa antum ta'lamuun. (22). = Wahai semua manusia sembahlah Tuhanmu, yang menjadikan kamu dan menjadikan orang-orang yang sebelumm, semoga kamu bertakwa. (21). Tuhan yang menjadikan untukmu bumi ini sebagai hamparan dan langit sebagai atap, dan menurunkan air dari langit, maka menumbuhkan dengan air itu berbagai macam buah-buahan sebagai makananmu (rezekimu), maka kalian jangan mengadakan sekutu (bandingan) bagi Allah jika kamu mengetahui. (22).


57

Dalam kedua ayat ini Allah menunjukkan kepada semua manusia sifat Tuhan yang sesungguhnya yaitu yang mencipta dan menjadikan semua makhluk dan terutama diri manusia sendiri dan bapak ibunya, nenek moyangnya, dijadikan dan tidak ada sehingga berwujud (ada). Inilah alat pertama untuk mencapai iman dan takwa, bila mengenal Allah sebagai pencipta dirinya dan semua manusia yang ada di kanan kirinya setelah itu dilanjutkan ajaran Allah untuk memperhatikan alam sekitarnya bumi sebagai hamparan tempat berpijak, berdiri, duduk dan tidur, dan langit sebagai atapnya, lalu menurunkan air hujan dari langit dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan untuk makanan manusia maupun ternak. Dengan ini nyata bahwa Allah itu pencipta yang menjadikan, yang memiliki, yang memberi makan dan minum (rezeki).

Jika kalian telah mengetahui sedemikian maka jangan mempersekutukanNya dengan sesuatu apa pun, jangan membanding-bandingkanNya dengan apa pun.
Ibnu Mas'ud r.a. bertanya, Ya Rasulullah, apakah dosa yang terbesar di sisi Allah? Jawab Nabi saw., "Jika anda mengadakan sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menjadikan anda". (Bukhari, Muslim).

Mu'adz bin Jabal r.a. ditanya oleh Nabi saw., "Tahukah anda, apakah hak Allah yang diwajibkan atas hamba-hambaNya?" Jawab Mu'adz, 'Allah dan Rasulullah yang lebih mengetahui'. Maka sabda Nabi saw., "Supaya manusia menyembah Allah dan tidak mempersekutukan Allah dengan suatu apa pun". (Bukhari, Muslim).
Ibnu Abbas r.a. mengatakan, bahwa ada orang berkata kepada Nabi saw., 'Maa sya Atlahu wasyi'ta = Sekehendak Allah dan kehendakmu'. Maka Nabi saw. bersabda kepadanya, "Apakah anda akan menjadikan aku sekutu bagi Allah". (HR. Ibnu Mardawaih, an-Nasa'i, Ibnu Majah).
Rasulullah saw. juga bersabda, "Jangan ada seseorang mengatakan, 'Maa sya Allah wa sya'a Fulan' = Sekehendak Allah dan kehendak Fulan, tetapi harus mengatakan, 'Maa sya Allah tsumma sya'a Fulan' = Sekehendak Allah kemudian kehendak Fulan".

58

Semua tuntunan itu, ini semata-mata untuk menjaga kemurnian tauhid, jangan sampai merasa ada sesuatu lain Allah yang dapat membantu atau menolongnya terlepas dari kehendak Allah.
Firman Allah, "Wamaa tasyaa'uuna ilia an yasya'AIlah in-nallaha kaana alieman hakiema Dan tiadalah sekehendakmu kecuali apa yang dikehendaki Allah, sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Bijaksana". (alInsan 30).
'Sebab arti syirik ialah mempersekutukan Allah dalam kekuasaan-Nya dalam Dzat Sifat dan Af’al-Nya.

Harus benar-benar dalam pernyataannya lyyaka na'budu dan lyyaka nasta'in - Hanya kepada-Mu aku menyembah dan hanya kepada-Mu aku minta bantuan, pertolongan dalam segala. urusan hidup hingga matiku.

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Jangan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, sedang kalian mengetahui bahwa Tuhan yang menjadikan, memelihara, menjamin rezekimu, hanya Allah, sedang segala sesuatu selain Allah tidak berguna dan tidak merugikan kalian, juga kalian mengetahui bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. itu benar, tiada ragu."

AI-Andad ialah syirik, dan syirik itu lebih halus (samar) dari jalannya semut hitam di atas batu hitarn di dalam gelap malam, contohnya, "Demi kehidupanmu Fulan, atau demi kehidupanku atau andaikata tiada angsa past! telah kemasukan pencuri atau karena kehendak Allah dan kehendakmu (pertolong-anmu) semua itu syirik, demikian keterangan Ibnu Abbas r.a."

Sedang kalian telah mengetahui bahwa Tuhan itu hanya satu Allah tiada lain sebagaimana tersebut dalam Taurat dan Injil.

AI-Harits al-Asy'ari r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT. menyuruh Yahya bin Zakariya a.s. supaya mengerjakan lima macam dan menyuruh Bani Israil melaksanakannya tetapi kemudian ia lambat menyampaikannya kepada Bani hrail sehingga ditegur oleh Isa a.s., "Sungguh Allah telah menyuruhmu melaksanakan lima macam dan menyuruh Bani Israil supaya melaksanakannya jika anda tidak dapat menyampaikannya, maka aku akan menyampaikannya". Jawab Yahya, "Hai saudaraku, saya khawatir jika anda yang menyampaikannya saya akan disiksa atau dibinasakannya." Maka
59

segera Yahya mengumpulkan Bani Israil di Baitul Makdis sehingga memenuhi ruangan masjid, kemudian ia duduk di atas mimbar dan sesudah mengucapkan puji syukur kepada Allah ia herkata. "Allah telah menyuruhku melaksanakan lima macam dan kini saya anjurkan kepadamu untuk melaksanakannya:
1. Hendaknya kalian menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun, sebab contoh perumpamaannya bagaikan seorang yang membeli hamba sahaya dengan hartanya sendiri yang berupa emas dan perak, tiba-tiba hamba itu bekerja dan hasil pekerjaannya diberikan kepada orang lain, maka siapakah di antara kalian yang suka bila hambanya sedemikian, sedang Allah yang menjadikan dan memberi rezeki pada kamu, karena itu kamu menyembah kepada-Nya dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
2. Dan menyuruh kalian mengerjakan salat (sembahyang), maka sesungguhnya Allah menghadapi hamba-Nya langsung selama hamba itu tidak menoleh, karena itu jika kalian salat maka jangan menoleh.
3. Dan menyuruh kalian berpuasa, perumpamaan puasa itu bagaikan orang yang membawa pundi-pundi berisi misik (kasturi) di tengah-tengah rombongan yang kesemuanya merasakan harumnya kasturi itu, sedang bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari bau kasturi itu.
4. Dan menyuruh kalian bersedekah, maka perumpamaannya bagaikan orang yang ditawan musuh kemudian diikat kedua tangannya ke lehernya lalu dimajukan untuk dipenggal lehernya, lalu ia berkata kepada mereka, "Apakah kalian suka jika aku menebus diriku dari padamu, lalu ia menebus dengan sedikit dan yang banyak sehingga terbebas dirinya.
5. Dan menyuruh banyak berzikir kepada Allah, sedang perumpamaan itu bagaikan seorang yang dikejar musuh dan selalu diikuti jejaknya, lalu ia masuk ke dalam benteng yang sangat kukuh untuk berlindung di dalamnya, sesungguhnya seorang hamba selama ia berzikir terlindung dari gangguan setan.

Rasulullah saw. bersabda, "Dan saya menyuruh kamu lima macam yang diperintahkan Allah kepadaku; bersatu (berjamaah), mendengar dan taat pada pimpinan, berhijrah dan jihad (fi sabilillah). Sesungguhnya siapa yang keluar dari Jama'atul Muslimin walau hanya sejengkal berarti melepas ikatan Islam

60

dari lehernya kecuali jika kembali, dan siapa yang mengajak kembali kepada cara jahiliyah maka ia termasuk penghuni jahanam". Sahabat bertanya, 'Ya Rasulullah walaupun ia salat dan puasa?' Jawab Nabi saw., "Meskipun ia salat dan puasa dan mengaku diri Muslim. Karena itu sebutlah kaum muslimm dengan nama mereka menurut apa yang dinamakan oleh Allah SWT. yaitu al-MusIimin, al-Mukminin dan IbaduHah". (Hadis Hasan Riwayat Ahmad).

Ayat ini menunjukkan dalil tauhid dalam ibadat kepada Allah yang Esa dan tidak bersekutu.
Seorang Baduwi ketika ditanya, "Apakah yang menunjukkan adanya Allah Ta'ala?" Jawabnya, 'Subhanallah jika tali unta menunjukkan adanya unta, dan bekas kaki tanda adanya orang berjalan, maka langit yang berbintang, bulan, matahari dan bumi yang bertetumbuhan dan laut yang bergelombang, tidaklah semua itu cukup menjadi dalil adanya Dzaat ' Allah yang Mahahalus dan Maha Mengetahui?"

Ar-Razi berkata, "Imam Malik ketika ditanya oleh Harun ar-Rasyid tentang dalil adanya Allah. Maka ia menjawab dengan dalil perbedaan suara dan bahasa, sebab lidah dan mulut bersamaan, tetapi suara dan bahasa menunjukkan kekuasaan dan kebesaran Allah".

Abu Hanifah ketika ditanya oleh orang-orang zindiq tentang adanya Allah menjawab, "Berilah aku kesempatan untuk memikirkan suatu berita yang disampaikan kepadaku, yaitu ada sebuah perahu di laut yang penuh dengan muatan dari berbagai barang dagangan, tetapi tidak ada kaptennya, jurumudinya, bahkan tiada pengawalnya, tetapi berjalan lancar hilir mudik dan melalui gelombang besar tanpa ada jurumudi dan nahkoda." Ketika Abu Hanifah berkata demikian, tiba-tiba orang-orang zindiq itu berkata kepadanya, "Itu berita tidak masuk akal, bahkan orang yang memberitakan tidak berakal." Abu Hanifah berkata, "Celaka kalian, masakan alam yang sedemikian indah dan rapinya, baik di langit maupun di bumi, dari berbagai kejadian tidak ada penciptanya?" Maka tercenganglah semua orang zindiq itu dan sadarlah mereka serta kembali percaya adanya Allah, dan memperbarui Islam mereka di depan Abu Hanifah.

61

Asy-Syafii ketika ditanya dalil adanya Allah, jawabnya, "Perhatikan daun arbei yang mempunyai satu rasa, jika dimakan oleh ulat mengeluarkan sutera, dan dimakan lebah mengeluarkan madu, jika dimakan karribing atau lembu keluarlah kotoran, jika dimakan rusa mengeluarkan misik kasturi. Tidakkah yang demikian itu menunjukkan adanya Allah pencipta dari semua itu".

Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya dalil adanya Allah, menjawab, "Ada suatu benteng yang kukuh, tiada berpintu atau lubang halus, luarnya bagaikan perak, di dalamnya ada emas kuning, tiba-tiba pada suatu saat ia retak dan pecahlah dindingnya, lalu keluarlah dari padanya seekor binatang yang hidup, yang indah bentuknya, merdu suaranya tajam pandangan dan pendengarannya, itulah telur." Demikianlah contoh dalil adanya Allah yang Mahakuasa.

Pendapat ulama-ulama, Siapa yang memperhatikan kejadian langit dengan tingginya, luasnya dan semua bintang, bulan dan matahari, serta perjalanannya setiap hari dan malam, kemudian memperhatikan laut yang mengurung bumi dari segala penjuru dan gunung-gunung yang terletak di atas bumi serta berbagai tanaman yang tumbuh di atas dan berbagai macam jenis makhluk yang di atasnya dari jenis manusia, binatang, serta sungai-sungai yang mengalir di atasnya, dan tumbuh-tumbuhan dari berbagai macam rasa dan kepentingannya, padahal tanah dan air yang menyiraminya satu, maka pasti orang yang memperhatikan semua itu akan terbukti padanya akan kebesaran fce-kuasaan Allah yang Mahaesa, serta rahmat, kasih dan hikmat Allah kepada makhluk-Nya, tiada Tuha.n kecuali Dia, dan tiada tempat mengharap, meminta dan berlindung kecuali kepada Allah. Kepada-Nya-Iah kami berserah diri dan kepada-Nya pula kami akan kembali.

Sedang ayat al-Quran yang menunjukkan semua ini sangat
Wa in kuntum fii raibin mimma nazzalnaa alaa abdinaa fa'tuu bisuuratin min mils Hhi wad'uu syuhzdaa'akum min dunillahi in kuntum shaadhiqin. (23). Fa in lam taCaluu walan taraluu fattaqun naaral latii wa quuduhannaasu wal hijjaa ratu u'iddat HI kaafirin. (24). = Dan jika kamu ragu terhadap apa yang telah Kami turunk'an pada hamba-Ku (Muhammad) maka datangkanlah (buatiah kamu) sebuah surat yang menycrupainya (yang menyamainya), dan pang-gillah pemimpinmu (saksi-saksimu) selain Allah jika kalian benar-benar. (23). Maka jika nyata kalian tak dapat menyainginya dan tidak akan dapat untuk selamanya, maka hendaklah kalian berjaga-jaga diri dari siksa api yang nyalanya adalah manusia dan batu-batu, yang disediakan untuk orang-orang kafir. (24).
Setelah meletakkan asas untuk dalil tauhtd bahwa tiada Tuhan kecuali Allah, maka langsung menghadapkan Khitah kepada orang-orang kafir, untuk mengajarkan iman kepercayaan kepada kebenaran kitab Allah. Jika kalian ragu terhadap apa yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad saw.), maka cobalah kamu membuat, menggubah, mengarang. mendatangkan sesuatu yang dapat menyamai apa yang dibawa dan diturunkan pada Muhammad walau hanya sesurat saja, jika kamu benar-benar mengira bahwa ajaran Muhammad itu bukan dari Allah, maka silakan kamu membuat dan ajak pembantu-pembantumu, jika kamu tidak dapat menyainginya sendirian.
Syuhada Akum = Pembantumu, sekutumu, pemimpinmu atau saksi-saksimu.
Dan tantangan Allah terhadap orang-orang yang meragu-kan kebenaran al-Quran dalam beberapa surat. Dalam surat al-Qashash ayat 49, yang artinya kurang lebih demikian:
Katakanlah, "Datangkanlah sebuah kitab dari selain Allah yang lebih baik (lebih dapat memberi hidayat) daripada al-Quran dan Taurat jika kamu benar bersungguh-sungguh".
(al-Oashash 49).

63

Katakanlah (Wahai Muhammad): "Sesungguhnya jika sekalian manusia dan jin berhimpun Dengan tujuan hendak membuat dan mendatangkan sebanding Dengan Al-Quran ini, mereka tidak akan dapat membuat dan mendatangkan Yang sebanding dengannya, Walaupun mereka bantu-membantu sesama sendiri". (al-lsraa’ 88).

Terjemahan: dan bukanlah Al-Quran ini sesuatu Yang boleh diada-adakan oleh Yang lain dari Allah; tetapi Al-Quran itu diturunkan oleh Allah untuk membenarkan Kitab-kitab Yang diturunkan sebelumnya, dan untuk menjelaskan satu persatu hukum-hukum Syarak Yang Diwajibkan (atas kamu); tidak ada sebarang syak dan ragu-ragu pada Al-Quran itu tentang datangnya dari Allah, Tuhan Yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam. 38. (orang-orang kafir tidak mengakui hakikat Yang demikian itu) bahkan mereka mengatakan: "Dia lah (Muhammad) Yang mengada-adakan Al-Quran menurut rekaannya". Katakanlah (Wahai Muhammad): "Kalau demikian, datangkanlah satu surah Yang sebanding Dengan Al-Quran itu, dan panggilah siapa sahaja Yang kamu dapat memanggilnya, Yang lain dari Allah (untuk membantu kamu), jika betul kamu orang-orang Yang benar!". (Surah Yunus: 37).

Semua ayat-ayat ini turun di Makkah, sebagai tantangan kepada mereka. Kemudian sesudah hijrah ke Madinah turunlah ayat 23 - 24 dalam surat al-Baqarah ini.

Terjemahan: dan kalau kamu ada menaruh syak tentang apa Yang Kami turunkan (Al-Quran) kepada hamba Kami (Muhammad), maka cubalah buat dan datangkanlah satu surah Yang sebanding Dengan Al-Quran itu, dan panggilah orang-orang Yang kamu percaya boleh menolong kamu selain dari Allah, jika betul kamu orang-orang Yang benar. 24. maka kalau kamu tidak dapat membuatnya, dan sudah tentu kamu tidak dapat membuatnya, maka peliharalah diri kamu dari api neraka Yang bahan-bahan bakarannya: manusia dan batu-batu (berhala), (iaitu neraka) Yang disediakan untuk orang-orang kafir. (Surah al Baqarah: 23).


Min mils lihi - Yang serupa dengan al-Quran. Ada juga yang mengartikan; Yang serupa dengan Muhammad saw. sebagai seorang ummi. Tetapi yang lebih tepat ialah: Yang serupa dengan a!-Quran. Sebab tantangan berupa umum pada semua orang Arab ummiyin maupun kitabiyin dan lain-lainnya dari kaum musyrik, sedang tantangan ini di Makkah dan Madinah ketika sangat memuncaknya permusuhan dan kebencian orang-orang pada Nabi Muhammad saw. dengan ajarannya.

Kemudian dalam ayat 24 Allah dengan tegas berfirman:
Fa in lam tafalu walan tafalu = Jika nyata kamu tidak sanggup membuat yang serupa (menyamai) atau tidak sanggup menyaingi Allah, dan kamu tetap takkan dapat untuk selama-lamanya membuat yang serupa itu atau menyainginya.
Kalimat ini menunjukkan mukjizatul Quran yang tegas menyatakan takkan dapat untuk selamanya, nyata hingga empat belas abad tidak sanggup membuat sesuatu karangan yang dapat

64

menyerupai al-Quran sebab tidak mungkin seorang makh-luk akan dapat menyaingi firman Allah yang menciptakannya.
Dan siapa yang memperhatikan al-Quran, maka ia akan mendapat berbagai macam contoh kefasihan kalimatnya yang terang maupun samar demikian isi artinya yang selalu membuka pengetahuan baru yang memperhatikan dan mempelajarinya. Sebagian tersebut dalam ayat 1 surat Hud.
Alif laam raa'. Kitaabun uhkimat aayaa tuhu tsumma fus-shiiat min ladun hakiemin khabier (Hud 1). = Alif laam raa'. Sebuah kitab Allah yang disusun dari huruf-huruf biasa, tetapi telah dikukuhkan ayat-ayatnya kemudian dijelaskan perincian ayat-ayatnya, langsung dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Mengetahui sedalam-dalamnya. (Hud 1).
Kalimat-kalimatnya penuh padat berisi dan artinya tidak dapat ditiru atau disaingi. Telah memberitakan kejadian-kejadi-an yang telah lalu tepat menurut keadaannya kejadiannya seba-gaimana firman Allah dalam ayat 115 surat al-An*aam:
Wa tammat kalimatu rabbika shidqan wa adlaa laa mubad-di!a likalimaatihi wahuwassamii'ul aliem. (al-An'aam 115). = Telah sempurna kalimat Tuhanmu dalam kebenaran be-rita-beritanya dan keadilan hukum-hukumnya, tiada yang dapat mengubah katimat-kalimatnya, dan Dialah Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(al-An'aam 115).

Maka semua ajaran tuntunan al-Quran itu hak, benar dan adil, serta petunjuk hidayat, tidak ada kelebihan atau buat-buatan dusta sebagaimana yang biasa terdapat dalam sajak, syair, cerita-cerita dan hikayat-nikayat.

Al-Quran seluruh isinya-hak dan sangat fasih, kukuh, padat isinya bagi siapa pun yang mengerti dan memahami benar-benar baru ia me rasa bahwa tiada tuntunan, ajaran, kisah dan berita yang lebih indah susunannya daripada al-Quran, bahkan yang pasti walau diulang beberapa kali takkan jemu, sebab pa-da tiap kali ulangan mendapat hikmat dan rasa hikmat yang baru dan hangat, hidup untuk tiap masa dan tempat.

Jika bertemu dengan ayat ancaman maka benar-benar membangkitkan bulu roma, sebaliknya jika ayat harapan mempunyai

65

daya penarik terhadap setiap hati dan perasaan yang hidup dan menyadarinya.
Contoh ayat al-Quran jika menarik hati pada sesuatu yang menggemarkan.
Ayat: Fala ta'lamu nafsun maa ukh fia lahum min qurrati a'yunin jazaa' an bimaa kaa nu ya'mafaun. (as-Sajadah 17). = Maka tiada seorang pun yang mengetahui apa yang tersembunyi untuk mereka dari segala yang memuaskan pandangan mata dari kesenangan, sebagai pembalasan atas apa yang telah mereka perbuat. (as-Sffjadah 17).

Wa fiiha maa tasy tahihilanfusu wa taladz dzul a'yunu wa antum fiha khaalidun. (az-Zukhruf 71). = Dan di dalam surga terdapat segala apa yang diinginkan nafsu dan memuaskan pandangan mata. Dan kamu di dalam surga kekal selamanya. (az-Zukhruf 71).

Contoh ancaman: A'amintum man fissamaa'i an yakh sifa bikumul ardha fa idzaa hiya tamuur. (al-Mulk 16). Am amintum man fis sa-maa'i an yursila alaikum haashiban fasata' lamuuna kaifa nadrier. (al-Mulk 18). Apakah kalian merasa aman dari yang di langit jika melongsorkan bumi sehingga ia berupa gempa yang bergoyang. (16). Ataukah kalian merasa aman dan yang di langit jika melempan kamu dengan batu, ma-ka kamu akan merasakan bagaimana bcsarnya ancaman. (18).
Contoh peringatan Fa kultan akhadz na bidzanbihi = Maka terhadap irtasing-mastng telah dituntut menurut dosanya.
Contoh nasihat asy-Syu'araa 205, 206, 207:

Terjemahan: Bagaimana fikiranmu (Wahai Muhammad)? jika Kami berikan mereka menikmati kesenangan bertahun-tahun, 206. kemudian mereka didatangi azab seksa Yang dijanjikan kepada mereka, 207. (tentulah) kesenangan Yang mereka nikmati bertahun-tahun itu tidak dapat memberikan mereka sebarang pertolongan. (Surah al Syu’ara’: 205).


66

Dan lain-lainnya dari berbagai ayat yang merupakan puncak dari kefasihan dan balaghahnya serta manisnya, demikian pula jika membawakan hukum yang berupa perintah atau larangan yang meliputi pada segala kebalkan yang sangat berguna bahkan kepentingan yang utama bagi manusia, dan melarang segala yang keji, rendah dan akan merugikan rohani dan jasmani. Karena itu Ibnu Mas'ud r.a, berkata, "Jika anda mendengar firman Allah: Ya ayyuhal ladziina aamanu, maka pasanglah telingamu sebab pasti menyuruhmu pada jalan yang baik atau melarang dari sesuatu yang berbahaya bagimu sebagaimana firman Allah dalam surat al-A'raaf 157":
Ya'muruhum bil ma'rufi wayan haahum anil munkari, wa yuhillu lahumut thayibaat wayuharrimu alaihimul khabaa'it-sa wa yadha'u anhum ish rahum wal agh laalal lati kaa nat alaihim. (al-A 'raaf 157). = Menyuruh mereka berbuat baik dan mencegah dari segala yang mungkar, menghalalkan segala yang baik, berguna, dan mengharamkan segala yang keji berbahaya, juga meringankan segala keberatan mereka dan belenggu yang mengikat mereka (mempersempit mereka).(al-A'raaf 157).
Jika ayat-ayat itu sedang menyifatkan suasana hari kiamat dengan segala kengeriannya, juga sifat surga, neraka dan apa-apa yang tersedia dalam keduanya untuk kekasih Allah atau musuh-musuh Allah yang berupa nikmat atau siksa, membawakan kabar gembira dan mengancam, lalu menganjurkan kepada amal kebaikan dan mencegah dari segala yang mungkar, dan menganjurkan untuk waspada terhadap tipuan dunia, dan menganjurkan memperbanyak bekal ke akhirat yang kekal aba-di, serta memimpin ke jalan agama Allah yang lurus dan syariat Islam yang jujur, serta membersihkan hati dari semua kotoran kekejian setan yang terkutuk.
Abu Hurairah r.a. mengatakan, Rasulullah saw. bersabda:

67


"Tiada seorang Nabi pun dari Nabi-nabi itu, melainkan telah diberi ayat-ayat (mukjizat) yang dapat beriman manusia dengan ayat-ayat itu. Sedang yang diberikan Allah kepada-ku berupa wahyu yang telah diwahyukan kepadaku. Maka aku berharap semoga akulah yang terbanyak pengikutnya di hari kiamat". (Bukhari, Muslim).

Maka al-Quran merupakan mukjizat yang terbesar yang dibawa oleh Nabi saw. sedang mukjizat-mukjizat yang lainnya masih banyak sehingga tidak dapat dihitung. Karena mukjizat Nabi Muhammad saw. berupa mukjizat yang hidup kekal hingga hari kiamat.
Waqudu ialah alat untuk menyalakan api seperti kayu, arang dan sebagaimana tersebut dalam surat al-Jin ayat 15, yang berbunyi:
Wa ammal qaashi thuuna fakaa nuu Kjahannama hathaba. (al-Jin 15). = Adapun mereka yang tidak jujur, maka akan menjadi kayu bakar untuk neraka jahanam. (al-Jin 15).
Juga dalam surat al-Anbiya' 98, yang berbunyi: Innakum wamaa ta'buduuna min duumllaahi hashabu ja-hannam, antum taha waa riduun. (alAnbiya' 98). = Sesungguhnya semua yang kamu sembah selain Allah itu akan menjadi kayu bakar api neraka jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya. (al-Anbiya' 98).
Walhijaaratu ialah batu bara untuk menyalakan api, atau batu-batu berhala yang disembah orang-orang kafir musyrik. Sebab batu bara itu termasuk alat pembakar yang sangat panas.

68

Dengan keterangan ayat ini, nyata bahwa surga dan neraka kini telah ada, sebagaimana diterangkan oleh Nabi saw., "Tahaaj jatil jannatu wannaar = Telah terjadi debat antara surga dan neraka.
Dan hadis: Api neraka minta izin kepada Tuhan, "Ya Rabbi setengah-ku telah makan setengahnya, karena itu izinkan bagiku bernapas dua kali setahun." Maka diizinkan bernapas dan itulah yang kita rasakan ketika musim dingin yang sangat dingin dan musim panas yang sangat panas.
Juga riwayat Ibnu Mas'ud r.a., bahwa Ibnu Mas'ud r.a berkata, Ketika kami duduk bersama Nabi saw. tiba-tiba terdengar suara gemuruh lalu kami bertanya, "Suara apakah itu?" Jawab Nabi saw., "Itu suara batu yang dilemparkan ke jahanam sejak tujuh puluh tahun yang lalu, dan kini sampai ke dasar-nya". (R. Muslim). Juga hadis salat gerhana, dan hadis Israk Mikraj.
Demikian pendapat ulama ahlus sunah sejak masa sahabat hingga kini yang berbeda pendapat dengan kaum Muktazilah yang mendasarkan segala sesuatu dalam agama dengan akal pi-kiran dan sukar beriman pada yang gaib dari keterangan Rasulullah saw.

Perhatian:

Fa'tu bisuuratin min mitslihi, tantangan Allah ini berlaku pada semua surat yang panjang maupun yang singkat (pendek), yakni nyata bahwa tak seorang pun yang dapat membuat saingan terhadap surat yang terpendek seperti Wal-Ashri, al-Kautsar dan sebagainya. Karena itulah Imam asy-Syafii berkata:
"Lau tadabbarannaa su hadzihissurati Jakafathum. Andai-kan manusia memperhatikan benar-benar isi kandungan surat Wal Ashri ini pasti cukup bagi mereka. Yakni dalam mencari pegangan hidup dan pedoman dalam perjuangan, pergaulan, berhubungan antarsesama manusia. Cukup untuk dapat menca-pai keuntungan dunia dan akhirat, kebahagiaan dunia akhirat.
Amr bin al-Ash sebelum masuk Islam pernah datang kepada Musailamah al-Kadzdzab, lalu ditanya oleh Musailamah,

69

"Apakah yang telah diturunkan kepada temanmu yang di Makkah (Nabi Muhammad saw.) dalam beberapa waktu ini?" Jawab Amr, "Dia telah dituruni suatu surat yang singkat penuh berisi padat dan amat fasih." Lalu Musailamah bertanya, "Apakah itu?" Jawab Amr, "Wal ashri innal insaana lafi khusrin il-lalladziina aamanu wa amilus shaalihaati watawa shau bilhaqqi watawashau bisshabri. " Musailamah berkata, "Saya juga dituruni yang serupa itu." Ditanya oleh Amr, "Apakah itu?" Jawab Musailamah, "Ya wabr ya wabr innama anta udzunaa ni wa shadr wasaa iruka haqrun faqr." Lalu Musailamah bertanya kepada Amr, "Bagaimana pendapatmu?" Jawab Amr, "Demi Al-lah engkau mengetahui bahwa saya mengetahui engkau berdusta.

Dan sampaikan berita gembira kepada orang yang beriman dan beramal saleh (baik), bahwa untuk mereka telah tersedia surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, tiap mereka diberi rezeki buah sebagai hidangan, mereka berkata, "Inilah yang dahulu pernah diberikan kepada kami, dan memang diberi yang serupa bentuk dan warnanya, juga untuk mereka dalam surga istri yang suel bersih, dan mereka di dalamnya kekal untuk selamanya". (25).

Setelah Allah menyebutkan apa yang telah disediakan untuk orang kafir dari berbagai macam siksa dan ancaman yang ngeri, maka disambung dengan menyebutkan apa yang disediakan untuk kaum mukminin yang percaya kepada para Nabi dan membuktikan iman mereka dengan amal saleh. Dan cara yang sedemikian inilah yang disebut matsani, yakni sesudah menyebut sesuatu lalu disebut pula lawannya, setelah menerangkan mengenai kufur dan iman sesudah menyebut keadaan orang

70

yang berbahagia lalu menyebutkan keadaan orang-orang yang celaka atau sebaliknya.
Tajri min tahtihal anhaar = Mengalir dari bawah pohon dan kamar-kamarnya, sebagaimana tersebut dalam hadis, bahwa- sungai di surga mengalir tanpa parit (selokan).
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sungai-sungai di surga memancar (mengalir) dari bawah bukit atau gunung misik."
Kullama ruziqu minha min tsamaratin rizqan qaa iu hadzal-ladzi ruziqna min qablu.
Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat berkata, "Mereka jika diberi buah di surga dan dilihatnya, mereka berkata, 'Itulah yang dahulu kami di dunia diberi seperti itu.' Demikian pendapat Qatadah dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam. Sedang Ikrimah berkata, 'Seperti yang diberikan kemarin*. Karena buah di surga hampir menyerupai yang satu dengan yang lain. Yahya bin Abi Katsier berkata, 'Seorang di surga jika dihidangi lagi, mereka berkata, 'Itulah yang telah diberikan kepada kami ladi'. Jawab Malaikat, "Makanlah!" Maka warnanya sama teta-pi lain rasanya."
Wa utu bihi mutasyaabiha = Sama warna dan bentuk tapi her be da rasa, demikian pendapat Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas dan beberapa sahabat.
Ikrimah berkata, "Menyerupai buah dunia hanya berbeda rasanya." Karenanya Ibnu Abbas berkata, "Di dunia tidak ada yang menyamai yang di surga, kecuali nama semata-mata."
Walahum fiiha azwaa jun muthahharatun
Ibnu Abbas berkata, "Suci dari segala kotoran, gangguan". Mujahid berkata, "Suci dari haidh, kotoran, kencing dan ingus serta-ludah, mani dan anak." Qatadah berkata, "Suci dari segala gangguan yang keji dan dosa."
Wahum fiha khaaliduun.
Ini merupakan pelengkap dari kebahagiaan yang sangat sempurna sehingga seorang yang merasakan nikmat surga merasa aman dari maut, dari habis, dari putus atau berubah, sebab merasa berada dalam nikmat abadi untuk selamanya.

71

Kepada Allah kami mengharap semoga menghimpun kami dalam golongan ahli surga. Dia-Iah Allah yang Maha Pemurah, Pcnyayang, clan Maha Pemberi.
Sesungguhnya Allah tidak: malu (segan) untuk mengadakan perumpamaan sekecil nyamuk atau lebih dari itu. Adapun orang yang beriman maka akan mengetahui bahwa perumpamaan itu benar hak dari Tuhan mereka. Adapun orang kafir, maka mereka akan berkata, "Apakah kehendak Allah dengan perumpamaan itu?" Allah menyesatkan dengan perumpamaan itu pada orang banyak, demikian pula akan mendapat petunjuk hidayat dengan adanya perumpamaan itu pada orang banyak, dan tidak akan tersesat oleh perumpamaan itu kecuali orang yang fasik. (26). lalah mereka yang menyalahi janji (tuntunan) Allah sstelah dikukuhkan-nya (diakuinya) dan memutuskan apa yang diperintahkan supaya disambung, dan mereka merusak di atas bumi. Merekalah orang yang rugi. (27).
As-Suddi menyebut dalam tafsirnya:
Dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan sahabat-sahabat berkata, "Ketika Allah telah memberi perumpamaan dalam ayat 18, 19, 20 orang-orang munafik berkata, 'Allah Mahabesar, tidak mungkin akan membuat perumpamaan itu, maka Allah menurunkan

72

ayat ke-26 ini.' Qatadah berkata, 'Ketika Allah menyebut contoh perumpamaan lalat dan laba-Iaba, tiba-tiba kaum musyrikin berkata, Untuk apakah Allah menyebut binatang-binatang serangga yang kecil-kecil itu, maka Allah menurunkan ayat ke-26 ini'. Sesungguhnya takkan segan untuk menyebut apa pun jua daripada hak kebenaran baik kecil ataupun besar."

Ar-Rabi' bin Anas berkata, "Ayat ini untuk mencontohkan dunia, scbab nyamuk itu tetap hidup selama ia lapar tetapi bila telah kekenyangan ia mati, demikianlah bila seseorang telah kekenyangan dunia maka ia akan mati hatinya sehingga sukar untuk menerima nasihat dan tuntunan yang menuju akhirat."

Ada dua pendapat yang berarti lebih rendah atau kecil, sebagaimana sabda Nabi saw., "Lau kaanatiddunya ta'dilu indal-lahi janaa ha ba'uu dhatin lamaa saqaa kafiran minha syarbata maa'in. = Andaikan dunia ini berharga senilai dengan sayap nyamuk pasti tidak diberikan pada orang kafir walau hanya seteguk air.

Ada juga pendapat, Dan yang lebih besar, sebagaimana sabda Nabi saw,, "Maa min muslimin yusyaa kti syaukatan famaa, fauqaha ilia kuliba lahu biha darajatan wa muhiyat anhu biha khathi'atun". = Tiada seorang muslim yang tercucuk duri atau yang lebih besar dari itu, melainkan dicatat untuknya satu derajat dan terhapus dari padanya satu dosa. (HR. Muslim dari Aisyah r.a.).
Maka Allah tidak segan mengadakan perumpamaan baik sekecil nyamuk atau lebih kecil atau lebih besar.

Firman Allah datam surat al-Hajj 73:

73

Hai semua manusia, inilah perumpamaan maka dengarkanlah. Sesungguhnya semua yang kamu sembah (mintalharapan) selain Allah itu tidak dapat membuat lalat, meskipun mereka bersatu untuk membuatnya, bahkan jika lalat itu mengambil apa yang menjadi hak mereka, mereka pun tidak dapat menyelamatkan diri dari gangguan lalat itu. Sa-ma-sama lemah yang minta dan yang dimintai.(al-Hajj 73).
Dan dalam surat al-Ankabut 41 dikatakan:
Perumpamaan orang yang membuat wali (pelindung, pemimpin) selain dari Allah itu bagaikan laba-laba yang membuat rumah (perlindungannya). Sesungguhnya selemah-lemah rumah yaitu rumah laba-laba. Andaikata mengetahui. (al-Ankabut 41).

Sebagian ulama berkata, Jika aku membaca suatu matsal (contoh) dalam ayat al-Quran kemudian aku belum dapat me-laksanakan aku menangisi diriku, sebab Allah berftrman: Wa tilka amtsaa lu nadh ribuha linnaa si wama ya'qiluha il-lal aali muun. (al-Ankabut 43).

Itulah contoh perumpamaan yang Kami adakan untuk manusia, tetapi tidak dapat memahaminya kecuali orang yang alim. (al-Ankabut 43).

Fa ammalladziina aamanu faya'lamuuna annahul haqqu min rabbihim. Mengetahui bahwa semua contoh perumpamaan itu benar dari Tuhan Allah. Adapun orang-orang kafir, maka mereka berkata, "Apakah kehendak Allah dengan perumpamaan itu?** Sebagaimana tersebut dalam surat al-Muddatstsir ayat

74

31 yang artinya, Tiadalah Kami jadikan penjaga neraka itu kecuali Malaikat, dan tiada Kami sebut bilangan mereka kecuali untuk ujian fitnah bagi orang kafir, dan untuk meyakinkan pa-da ahli kitab dan menambah iman orang yang telah beriman, dan tidak akan ragu orang ahli kitab dan orang mukmin juga supaya berkata orang kafir, "Apakah kehendak Allah dengan perumpamaan itu?" Demikianlah Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki dan memberi petunjuk (pimpinan) pada siapa yang dikehendaki, dan tiada mengetahui berapa banyak tentara Tuhan kecuali Dia sendiri.
Wamaa yudhillu bihi illal faasiqiin. Fasik orang yang me-langgar perintah, ialah orang munafik.
Fasaqa berarti terlepas dari kulitnya, atau kulit terlepas dari isinya. Karena itu kata Fasik meliputi kafir, munafik dan yang maksiat.
Tikus disebut Fuwaisiqah karena ia keluar dari lubangnya untuk merusak.
Aisyah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda:

Lima macam binatang fasik, yang harus dibunuh baik di daerah halal atau haram, yaitu: gagak, clang, kalajengking, tikus dan anjing gila.(HR. Bukhari, Muslim).

Sedang sifat-sifat orang fasik nyata-nyata sifat orang kafir yang berlawanan dengan sifat orang mukminin, sebagaimana yang tersebut dalam surat ar-Ra*d ayal 20 - 21 sifat orang mukminin, sedang ayat 25 sifat orang fasik, munafik dan kafir.
Alladziina yufuuna bi'ahdillaahi walaa yan qudhuunal mil-saaq.(20). Walladziina yashiluuna maa amarallahu bihi an yuushala wayakh syauna rabbahum wa yakhaafuuna suu'al hisaab. (ar-Ra'd 21). = Mereka yang menepati janjinyalke-wajiban pada Allah, dan tidak menyalahi janji. (20). Dan mereka yang menyambung apa yang diperintahkan Allah

75

untuk disambung, dan benar-benar takut kepada Tuhan, juga takut bahayanya hisablperhitungan amal. (21). Dan mereka yang sabar karena mengharap rida Tuhan (Allah), dan mendirikan salat, dan menafkahkan rezeki pemberian Tuhan mereka dengan sembunyian maupun terang, dan menotak segala kejahatan dengan kebaikan, merekalah yang akan mrndapat tempat yang baik di akhirat. (22). (ar-Ra'd 20, 21. 22).
Sedang sebaliknya sifat orang yang bakal terkutuk:

Walladziina yang qudhuuna ahdallahi min ba'di miitsaaqihi, wayaq tha'uuna maa amarallahu bihJ an yusshala, wa yuf siduuna fil ardhi, ulaa'ika lahumulla'natu- walahum suu'ud-daar. (25). = Sedang mereka yang menyalahi janjinya pada Allah sesudah dikukuhkannya, dan memutuskan apa yang diperintah Allah supaya disambung dan merusak di atas bumi, maka merekalah yang mendapat laknat (kutukan) Allah dan untuk merekalah yang sebusuk-busuk tempat di akhirat.(ar-Ra'd 25).

Menyalahi janji Allah, ialah melanggar perintab dan larangan Allah. Sebagian ulama berpendapat, Ayat ini mengenai orang kafir dad ahlil kitab dan kaum munafikin, karena Allah menyuruh mereka mengikuti wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. tiba-tiba mereka mencntangnya dan melang-garnya.

Sebagian yang lain mengatakan bahwa umum untuk semua orang kafir, musyrik dan munafik, karena- mereka menyalahi janji tauhid kepada Allah dalam ayat 171 al-A'raaf, Alastu bi-rabbikum? Qaa In: Bala = Bukankah Aku Tuhanmu? Jawab mereka, Benar. Kemudian setelah melihat dunia yang di seki-tarnya lalu berbuat syirik. Juga menyalahi ayat, Wa aufu bi'ah-di uu fi bi'ahdikum = Tepatildh perintah-Ku niscaya Aku tepati janji-Ku kepadamu.

Abul Aaliyah mengatakan bahwa enam yang ada pada orang munafik jika mereka merasa kuat dan menang maka tam-paklah sifat-sifat itu, yakni: jika berkata dust a, dan jika berjanji menyalahi janji, jika dipercaya (diamanati) tetap berkhianat, dan menyalahi janji (kewajiban) terhadap Allah. Dan memutuskan hubungan yang diperintah oteh Allah supaya disambung.

76

Dan merusak di atas bumi (menimbuikan kekacauan di atas bumi).
Wa yaq thaa'uuna maa amarallahu bihi an yushala, juga berarti memutus hubungan famili kerabat, sebagaimana terse-but dalam ayat 22 surat Muhammad saw.
Fahal asaitum in tawallaitum an tufsidu fil ardhi wa tuqath thi'u arha makum - Apakah ada kemungkinan jika kamu ber-kuasa di atas bumi lalu kamu berbuat kerusakan dan memutus hubungan famili kerabatmu? (Muhammad 22).

Ulaa'ika humul khaasirun. Mereka yang rugi, sebab mesti-nya ia mendapat rahmat karunia Allah sekiranya tetap dalam taat, tetapi ia maksiat rahmat karunia Allah yang bakal ia terima berkurang dan rugi, terutama akan terasa di hari kiamat.

Bagaimana kamu kafir (ingkar) adanya Allah dan kekuasa-an-Nya, padahal kamu dahulu mati (tidak ada) maka Allah mencipta dan menghidupkan kamu, kemudian akan ftiema-tikan kamu kemudian menghidupkan kamu kembali. Ke~ mudian kepada-Nya-lah kamu akan kembali. (28).

Padahal kamu mati dalam sulub ayahmu, kemudian menja-dikan kamu, kemudian mematikan kamu dan menghidupkan kamu kembali sesudah mati, di mahsyar.
Am khuliqu min ghairi syai'in am humul khaaliqun. — Apakah mereka dijadikan tanpa pencipta, ataukah mereka yang menjadikan diri sehdiri?.(at-Thur 35).

Hal ataa alal insaani hiinun minaddahri lam yakun syai'an madz kuuraa = Apakah pernah terjadi pada manusia pada suatu masa ia tidak dapat disebut apa-apa?.(al-Insanlad-Dahr 1).
Kaifa : Pertanyaan "Bagaimana?" menunjukkan bahwa ke-kafiran itu suatu penyelewengan terhadap jalannya pikiran yang

77

lurus dan sehat. Sebab jika pikiran manusia digunakan untuk memperhatikan dirinya sendiri pasti akan percaya adanya Allah dan sifat-sifat kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya.
Wallahu khalaqakum min turaa bin tsumma min nuth fatin. = Dia-Iah Allah yang menjadikan kamu dari tanah kemudian dari nuthfah (mani). (Fathir 11).
Dia-Iah Allah yang menjadikan buat kamu apa yang di bumi semuanya, kemudian menjadikan langit dan dijadikan-nya tujuh pctala. Dan Dia (Allah) terhadap segala sesuatu maha mengetahui. (29).
Ilmu pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu. Alaa ya'lamu man khalaqa = Bagaimana tidak akan mengetahui pa-dahal Dia yang menjadikan. (al-Mulk 14).
Dalam surat Fushshilat ayat 9, 10, 11:
Qul a innakum latakfuruuna billadzii khalaqal ardha fi yau-maini wa taj'aluuna lahu andaada, Dzalika rabbul aalamiin (9). Wa ja'aJa fiiha rawaasia min fauqiha wabaa raka fiiha wa qaddara fiiha aqwaa taha fi arba'ati ayyaamin sawaa'an lissaa iliin (10). Tsummas tawa Has samaa'i wahiya dukhaa-nun, faqaala laha walil ardhi' tiya thau'an au karhan. Qaa lataa ataini thaaTin (11). Fa qadha hunna sab'a samawaa tin fi yaumaini wa auha fi kulli samaa'in amraha, wa-zayyannas sama 'addunia bimashaa biiha wa hifdha dzaalika taqdiiril aziizil aliem. (12).

78

Katakanlah, "Apakah kamu sungguh-sungguh ingkar kafir kepada Allah yang telah menjadikan bumi dalam masa dua hari, lain kamu mengada-adakan sekutu (imbangtin) bagi-Nya, padahal Dia Allah, Tuhan yang memelihara semua Alam". (9). Dan menjadikan di bumi, gunung-gunung di atasnya, dan memberkahi semua isinya dan menentukan makanan-makanannya dalam masa empat hari, sesuai dc-ngan kebutuhan yang memintanya. (10). Kemudian menuju ke langit yang berupa asap. Lalu berkata kepada langit dan bumi, "Datanglah kamu berdua secara sukarela atau ter-paksa?" Jawab keduanya, "Kami akan datang dengan taat sukarela". (Fushshilat 11). Maka Allah menjadikan tujuh petala langit dalam masa dua hari, dan mewahyukan pada tiap langit tugas urusannya, dan Kami bias langit dunia dengan bintang, bulan, matahari, serta penjagaan itulah ke-tentuan takdir Tuhan yang Maha mulia, Perkasa dan Maha Mengetahui. (Fushshilat 12).
Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat ketika menafsirkan ayat 29 ini berkata, "Pada mulanya Allah menjadikan air dan meletakkan arsy di atasnya, kemudian ketika akan menjadikan makhluk mengeluarkan uap air dan naik di atasnya sehingga dinamakan samaa' (langit) kemudian mengeringkan air dan menjadikannya tanah kemudian membelahnya berupa tujuh petala dalam masa dua hari; Ahad dan Senin. Lalu meletakkan bumi di atas ikan yang tersebut dalam ayat: Nun walqa-lami. Ikan di dalam air dan air di atas belabak yang di atas punggung Malaikat, sedang Malaikat di atas batu dan batu di atas angin, dan batu itulah yang disebut dalam surat Luqman ayat 16. Kemudian bergeraklah ikan dan goncanglah bumi, maka Allah memasang pasak yang berupa gunung-gunung, sehingga mantaplah bumi.

79

Perhatikanlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malikat, "Sungguh Aku akan menjadikan khalifah di atas bumi". Malaikat bertanya, "Apakah Tuhan akan menjadik. di bumi orang-orang yang akan merusak dan menumpa kan darah, sedang kami selalu bertasbih, bertahmid dan mengagungkan Engkau?" Jawab Allah, "Sungguh Aku Iebih -mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (30).
Dalam ayat ini Allah mcmberitakan karunia-Nya yang besar kepada anak Adam, sebab menyebut keadaan mereka sebelum diciptanya di hadapan para Malaikat.
Khalifah di sini berarti, kaum yang silih bergantian menghuni dan kekuasaannya, pembangunannya. Sebagaimana ayat, al-'Anaam 165: "Huwalladzi ja, alakum khalaa'ifal ardhi ~ Dialah Allah yang menjadikan kalian silih berganti menghuni dan menguasai bumi. (al-'An'aam 165).

Adapun pertanyaan Malaikat, "Ataj'alu fiiha man yufsidu fiiha wayasfikud dimaa'a", karena mereka mengambil kesimpulan dari asal kejadian anak Adam dari tanah liat, kemudian adanya perselisihan yang membutuhkan khalifah untuk memutuskan segala kejadian yang berupa penganiayaan, pelanggaran hak yang satu terhadap hak yang lain, maka timbullah pertanyaan, "Apakah akan Tuhan jadikan manusia tukang merusak dan menumpahkan darah?"

Dan pertanyaan Malaikat itu bukan merupakan sanggahan, tantangan atau karena hasud, sekali-kali tidak. Tetapi pertanyaan Malaikat hanya ingin mengetahui hikmat Allah dalam semua kejadian itu, sebab jika menjadikan makhluk itu semata-mata untuk beribadat sudah cukup para Malaikat yang tidak berhenti-henti bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama Allah.

Karena itu Allah menjawab, "Inni a'lamu maa laa ta'la-muun" = Aku lebih mengetahui hikmat, maslahat apa yang tidak kamu ketahui, sebab Aku juga akan menjadikan para Nabi,

80

Rasul, Siddiqm; Syuhada' dan Salihin yang benar-benar taat mengikuti ajaran Tuhan dan jejak Nabi-nabi a.s.

Inni a'lamu ,maa la ta'lamuun ~ Sungguh Aku lebih mengetahui hikmat apa yang akan Aku laksanakan dalam menjadikan makhluk, dan kpmu tidak mengetahui. Sungguh Aku mengetahui bahwa kalian lebih layak tetap di tangit, sedang untuk makhluK yang sebagaimana Aku kehendaki dari makhluk yang akan Aku jadikan itu. Atau, "Sungguh Aku lebih mengetahui di antara kamu ada makhluk Iblis yang jiwanya tidak sama dengan kamu, meskipun kini berada di antara kamu".

Ibnu Abbasi Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat berpendapat. Inni jaa'ilun fil ardhi khalifah. Malaikat bertanya, "Ya Tuhan bagaimana khalifah itu?" Dijawab, "Akan berketurunan yang merusak di bumi dan saling hasud menghasud sehingga bunuh membunuh setengah pada setengahnya.

Ibnu Jarir berkata, 'Tafsir ayat ini, Aku akan menjadikan khalifah di bumi menggantikan Aku dalam menjalankan hukum dengan adil di antara makhluk-Ku yakni menghukum dengan tuntunan-Ku, yaitu Adam dan siapa yang mengikuti jejaknya dalam melaksanakan bcnar-benar tuntunan wahyu dari Allah SWT.

Ibnu Abbas juga berkata, "Pertama yang di bumi ialah Jin, lalu mereka merusak dan menumpahkan darah, maka diutus Iblis untuk membunuh sebagian mereka dan mengusir sehingga mereka terpaksa tinggal di pulau-pulau dan di hutan-hutan serta di gunung-gunung, kemudian Allah berfirman, "Aku akan menjadikan seorang khalifah di bumi". Sehingga ada pertanyaan, "Apakah tidak mungkin akan timbul lagi perusuh yang merusak dan bunuh membunuh di antara mereka?"

Abdullah bin Umar berkata, "Dahulu sebelum Adam berada di bumi, bumi sudah ditempati Jin kira-kira dua ribu tahun sebelum Adam, dan terjadilah berbagai kerusuhan dan pembunuhan, maka Allah mengutus tentara Malaikat di bawah pimpinan Iblis sehingga menghalau mereka ke pulau-pulau di laut dan di gunung-gunung, kemudian Allah berfirman, akan menjadikan khalifah. Malaikat bertanya, "Apakah tidak mungkin ada pengacau dan pembunuhan?" Jawab Allah, "Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui?'

81


Wa nahnu nusabbihu bihamdika wa nuqaddisu laka. Mengakui kesucianMu serta memuja, memuji kepada-Mu, mengakui kesucianmu ya Allah dari segala sifat yang dikatakan oleh kaum musyrtkin, dan hanya memuja memuji. kepada-Mu atas semua sifat kesucian-Mu.

Abu Dzar r.a. berkata, "Rasulullah saw. ditanya, Apakah kalimat yang afdhal (terutama, terbaik)? Jawab Nabi saw., "Apa yang dipilihkan oleh Allah kepada Malaikat-Nya yaitu: Subhanallahi wabihamdihi". (HR. Muslim).

Dan pada malam Isra' Nabi saw. telah mendengar di tangit tasbih yang berbunyi: Subhanal aliyil a'la, subhanahu wata'ala. (HR. Baihaqi). Qatadah dalam tafsir ayat ini: Inni a'lamu ma laa ta'lamuun. Maka nyata dalam ilmu Allah telah lahir dari khalifah itu orang-orang yang menjadi Nabi, Rasul dan orang shalih yang akan menjadi penghuni surga.

Al-Qurthubi berdalil dengan ayat ini wajib mengangkat khalifah yang dapat memutuskan berbagai perselisihan, pertengkaran yang terjadi dan membela orang yang teraniaya dan menegakkan hukum dan melarang segala perbuatan yang keji haram, dan lain-lain urusan yang tidak dilaksanakan, kecuali dengan adanya hakim pimpinan khalifah. Dan sesuatu yang tidak dapat terlaksana kewajiban, kecuali dengan itu, maka sesuatu itu juga menjadi wajib adanya.

Dan pimpinan imamah itu diangkat dengan nash atau isyarat, atau dengan pengangkatan oleh khalifah yang pertama terhadap yang kedua (sesudahnya) sebagaimana yang dilakukan oleh Abu bakar terhadap Umar r.a. atau diserahkan pada beberapa orang yang dianggap layak sebagaimana dilakukan Umar r.a. Atau dengan kesepakatan orang-orang yang ahli yang ber-hak menentukan untuk membai'at kepada mereka yang ia sepakati, maka wajib pada rakyat, masyarakat menurut dan mengikutinya. Demikian keterangan Imamul haramain sebagai putusan ijmak.

Sedang khalifah (imam) yang diangkat harus lelaki, merdeka, dewasa (baligh), berakal, Muslim, adil, pandai berijtihad, waspada, sehat anggota badannya, berpengalaman dalam perang.

Andaikan imam itu berbuat fasik apakah langsung gugur kedudukannya atau jatuh haknya? Jawabnya, Tidak jatuh karena

82

sabda Nabi saw., "Kecuali jika kalian melihat perbuatan kufur yang terang-terangan, yang nyata bertentangan dengan kitab Allah".

Dan seseorang dapat meletakkan jabatan dan menyerahkannya kepada yang berwenang jika dipandang lebih baik untuk maslahat kepentingan kaum muslimin, sebagaimana yang terjadi pada al-Hasan bin Ali r.a. ketika menyerahkan kepada Muawiyah untuk mencegah pertumpahan darah di antara kaum muslimin. Dan ternyata perbuatan sangat terpuji. Adapun mengangkat dua imam atau lebih maka tidak boleh karena sabda Nabi saw., "Man jaa'akum wa amrukum jami'u yuridu an yufarriqa bainakum faq tuluhu kaa'inan man kaana" = Siapakah yang datang ketika urusanmu bersatu, lalu ia ingin berusaha akan memecah belah di antara kamu maka bunuhlah ia siapa pun juga adanya. Demikian: Dan Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam, kemudian benda-benda itu dihidangkan kepada Malaikat, lalu firman Allah kepada Malaikat, "Beritakan kepadaKu nama-nama benda itu jika kamu benar (yakni layak menjadi khalifah)." (31), Jawab para Malaikat, Subhanaka (Mahasud Engkau ya Allah) kami tiada mengetahui, kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami, sungguh Engkau Maha Me-ngetahui lagi Bijaksana'. (32). Firman Allah, "Hai Adam

83

beritakan kepada mereka nama-nama benda itu". Maka ketika telah memberitahukan nama-nama benda itu, Allah berfirman, "Tidakkah aku telah membcritahu kepada kali-an bahwa Aku lebih mengetahui semua yang gaib di langit maupun di bumi, dan mengetahui apa yang kamu terang-kan maupun yang kamu scmbunyikan". -(33).
Di sini Allah menyebut kemuliaan kedudukan Nabi Adam a.s. karena Allah memberinya ilmu nama dari segala benda dan itu terjadi sesudah sujudnya para Malaikat kepada Adam, dan didahului pasal ini sesuai dengan pertanyaan para malaikat tentang hikmat pengangkatan khalifah di bumi yang langsung bahwa Allah mengetahui apa yang tidak mereka ketahui. Juga untuk menerangkan kelebihan Adam dengan ilmunya itu.
Allama Aadam al asmaa'a kullaha. Ibnu Abbas berkata, "Mengajarkan kepada Adam nama-nama semua benda yang akan dijadikan manusia, binatang dan lain-lainnya dari segala keperluan hajat manusia di dunia ini.

Anas r.a. berkata, Nabi saw. bersabda, "Kelak pada hari kiamat akan berkumpul semua kaum mukminin, kemudian mereka berkata, Andaikan kita mendapat syafa’at yang dapat menyampaikan hal kita kepada Tuhan, lalu mereka pergi kepada Adam dan berkata, Engkau ayah dari semua manusia, Allah telah menjadikan engkau langsung dengan tangan-Nya, dan memerintahkan kepada Malaikat supaya sujud kepadamu, dan mengajarkan kepadamu nama segala sesualu maka berikan syafaatmu kepada Tuhan untuk menngankan kami dari penderitaan ini. Jawab Nabi Adam, "Bukan bagianku. (HR. Bukhari, Muslim, an-Nasa'i, Ibnu Majah).

Dengan hadis ini nyata bahwa Allah telah mengajarkan kepada Adam semua nama dari segala sesuatu.
In kuntum shaadiqin. Jika kalian benar mengetahui apa yang akan Aku jadikan maka coba terangkan nama benda-benda ini. Demikian keterangan Qatadah dan al-Hasan.
Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Jika kamu benar dalam perkataanmu, jika aku mengangkat khalifah dari lainmu akan berbuat rusuh menumpahkan darah, bila dari golonganmu tidak akan berbuat dosa, maka coba terangkan nama benda-benda yang ada di hadapanmu itu, maka jika nyata kalian tidak mengetahui maka terhadap hal yang gaib tentu lebih tidak tahu.

84

Jawab para Malaikat, "Subhanaka laa ilma lana ilia maa allam-tana, innaka antal aliimul hakiem = Mahasud Engkau Tuhan, tiada kami mengetahui kecuali apa yang Tuhan ajarkan kepada kami, sungguh Engkau Maha Mengetahui lagi Bijaksana. (32).

Maha mengetahui terhadap segala sesuatu, maha bijaksana dalam semua ciptaan-Mu, perintah-Mu dan ajaran-Mu dan penolakan-Mu terhadap apa yang Engkau kehendaki sangat bijaksana dan adil.

Ibnu Abbas berkata, "Subhanallah", ialah menyucikan Allah dari segala kerendahan kebusukan.

Firman Allah, "Hai Adam, beritakan pada malaikat nama benda-benda itu", maka memberitakan nama-nama itu. Allah berfirman, "Tidakkah Aku berkata kepadamu bahwa Aku mengetahui semua yang gaib di langit dan bumi bahkan mengetahui apa yang kalian terangkan dan yang kamu sembunyikan". (33).

Maka setelah nyata kelebihan Adam dari semua Malaikat, karena ia telah menyebut nama-nama yang diberitahukan Allah kepadanya itu, maka Allah berfirman kepada malaikat, Tidakkah Aku telah berfirman kepada kamu bahwa Aku mengetahui semua gaib yang terang dan yang samar tersembunyi.

Ibnu Abbas berkata, "Mengetahui yang rahasia. sebagaimana mengetahui yang terang, yakni yang tersembunyi dalam hati Iblis daripada kesombongan dan bangga diri."

Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat berkata, "Yang terang ialah pertanyaan, Apakah akan ada orang yang merusuh dan menumpahkan darah, sedang yang tersembunyi ialah kesombongan iblis."

Ar-Rabi bin Anas berkata, "Mengetahui yang terang, ialah yang mereka tanyakan; Apakah akan Engkau jadikan orang-orang yang merusak dan menumpahkan darah, sedang yang mereka sembunyikan ialah perasaan mereka tidak mungkin Allah menjadikan makhluk yang lebih mulia dari mereka atau lebih pandai dari mereka. Sehingga kini mereka mengakui kelebihan pengetahuan Adam a.s.

Allah berfirman kepada Malaikat, "Sebagaimana kamu tidak mengetahui nama-nama itu, demikian pula Aku sembunyikan dari kamu apa yang Aku jadikan dari makhluk yang akan

85


berlaku taat atau maksiat, sebab Allah telah menetapkan akan memenuhi jahanam dari bangsa manusia dan jin, sedang kalimat yang kamu serhbunyikan hanya mengenai niat jahat dan kcsombongan iblis. Dan cara ini berlaku dalam kebiasaan bahasa Arab, sebagaimana dalam surat al-Hujurat; sesungguhnya mereka yang memanggilmu dari balik kamar, padahal yang memanggil-manggil itu hanya seorang dari Bani Tamim.

Dalam majelis sahabat, tiba-tiba Umar r.a. berkata, "Kalimat Laa ilaha illallah telah kami ketahui arah tujuan dan arti-nya, maka Subhanallah itu untuk apakah?" Jawab Ali, "Itu kalimat pilihan Allah untuk memuja pada-Nya dan menyatakan kesucian-Nya."

Ingatlah ketika Kami perintahkan kepada malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam!" Maka sujudlah mereka, kecuali iblis menolak dan sombong dan tergolong dari orahg-orang kafir. (34).

Ini suatu kehormatan yang besar yang Allah berikan kepada anak Adam ketika memberitahu bahwa Allah telah menyuruh Malaikat bersujud kepada Adam.

Nabi saw. bersabda, "Nabi Musa a.s. meminta kepada Tuhan; Ya Tuhan perlihatkan kepadaku Adam yang telah mengeluarkan kami dari surga. Kemudian setelah bertemu ia berkata; Engkau Adam yang telah dicipta Tuhan dengan tangan-Nya, dan meniupkan ruh-Nya dan menyuruh Malaikat bersujud padamu."

Ibnu Abbas berkata, "Iblis termasuk salah satu suku dari Malaikat yang disebut al-Jin, mereka telah dijadikan dari api samum, bernama al-Harits, bahkan ia termasuk penjaga surga, sedang Malaikat yang lainnya dijadikan dari Nur, selain golongan ini.

Di dalam al-Quran disebut bahwa jin dijadikan dari maarij min nar dari ujung sulatan api jika dinyalakan, sedang manusia dijadikan dari tanah liat, dan pertama yang tinggal di bumi ialah

86

jin, talu mereka berbuat kerusuhan dan menumpahkan darah, yang satu membunuh yang lain. Lalu Allah mengutus kepada mereka Iblis dengan tentara Malaikat yang membunuh mereka dan menghalau sebagian mereka ke pulau di tengah laut dan ke gunung-gunung, sesudah itu iblis mulai merasa sombong dan berkata, "Aku telah berbuat sesuatu yang belum pernah dikerjakan oleh lain orang". Allah mengetahui apa yang terkandung di dalam hati iblis yang tidak diketahui oleh Malaikat, karena itu ketika Malaikat bertanya, apakah khalifah yang akan dijadikan itu kelak akan merusak dan menumpahkan darah? Jawab Allah, "Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, yakni Aku telah mengetahui apa yang terkandung di dalam hati iblis dari kesombongannya".

Kemudian Allah menyuruh Malaikat mengambil dari tanah yang akan dijadikan Adam, sesudah dibentuk dibiarkan selama empat puluh hari, berupa tanah liat yang kering, berlubang, sehingga bila iblis berjalan, menendangnya lalu bersuara ialah yang tersebut "Min shal shaalin kal fakh-khar" (dari benda yang bersuara bagaikan tembikar). Berlubang sehingga iblis dapat masuk dari lubang mulut dan keluar dari dubur, lalu berkata iblis, "Jika aku berkuasa atasmu aku binasakan kamu, dan bila kamu berkuasa atasku aku akan menentang maksiat kepadamu."

Maka ketika telah ditiupkan oleh Allah ruh yang dimulai dari ubun-ubun kepalanya maka tiap anggota badan yang telah dimasuki ruh langsung berubah menjadi darah daging, maka ketika telah sampai di pusarnya ia dapat melihat badannya dan kagum atas keindahannya, sehingga segera akan berdiri, tetapi tidak dapat.

Firman Allah, Wa khuliqal insaanu ajuu la = Dan dijadikan manusia itu keburu. Lekas jemu dan tidak sabar, baik dalam menghadapi suka ataupun duka. Maka sesudah selesai, ruh dalam jasadnya lalu bersin, lalu berkata, "Alhamdu lill ah rabbil aalamiin", disambut Allah, "Yarhamuka Allah ya Adam". Kemudian Allah menyuruh Mataikat yang bersama kepada iblis itu supaya sujud kepada Adam, maka sujudlah semua malaikat, kecuali iblis yang sombong dan menolak perintah, ketika ia menolak langsung Allah memutuskannya dari rahmat-Nya yaitu bernama iblis, yakni putus dari rahmat Allah.

87


Iblis menolak dengan alasan; Ana khairun minhu. Aku lebih baik dari padanya, Iebih tua, sebab api lebih kuat dari tanah. Ketika itu ia dijudikan setan terkutuk sebagai hukuman atas maksiatnya.
Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat berkata, "Ketika Allah telah selesai menjadikan apa yang dikehendaki-Nya, maka mengangkat iblis menguasai Malaikat langit dunia, sedang ia termasuk golongan jin dan bertugas menjaga surga, maka karena mendapat kedudukan itu ia merasa bangga dan berkata, "Allah tidak mengangkatku di atas lain-lain Malaikat, kecuali karena kelebihan, dan timbullah rasa sombong,"
Setelah itu Allah menyatakan akan menjadikan khalifah, sehingga timbul tanya-jawab antara Allah dengan Malaikat. Kemudian Allah menyuruh Jibril mengambil tanah, tiba-tiba tanah berlindung kepada Allah; "Audzu billahi minka" = Jangan engkau mengambil atau merusakku. Maka kembali Jibril berkata kepada Allah, "Ya Allah ia telah berlindung kepada-Mu, maka aku tidak berani melanggar orang yang berlindung kepada-Mu, lalu mengutus Mikail, dah kembali seperti Jibril, kemudian Allah mengutus Izrail (malakul maut) dan ketika bumi berlindung kepada Allah, maka jawab Malakul maut, "Aku berlindung kepada Allah dan tidak akan kembali sebelum melaksanakan perintahNya, maka ia langsung mengambil beberapa tanah merah, putih dan hitam dan dicampur sehingga terjadilah anak Adam bermacam-macam dan berbeda warna dan tabiainya."

Ketika Allah menyuruh malaikat bersujud kepada Adam, maka termasuklah iblis dalam perintah, karena ia berada bersama mereka dan mengikuti ibadat mereka, karena itu ia tercela dan terkutuk, karena melanggar perintah.

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Dahulunya iblis sebelum melaksanakan pelanggaran dosa tiernama Azazil, dan ia termasuk makhtuk yang rajin beribadat dan luas ilmunya, karena itulah ia merasa sombong."

Said bin al-Musayyab berkata, "Iblis termasuk pimpinan Malaikat dunia."
Wa idz'qulna lilmalaa'ikat isjudu ti Adam; Ujian Allah kepada hamba-Nya untuk mencontohkan arti taat yang sesungguhnya, yaitu menurut kepada semua perintah Allah tanpa ragu

88

karena itu meskipun sujudnya kepada makhluk, tetapi karena taatnya menurut perintah Allah. Supaya dalam taat tidak boleh pilih-pilih, perintah ini diturut, perintah itu tidak diturut, ini tidak boleh dan menyalahi arti taat. Dan menyalahi taat itu berarti kafir, maksiat.

Muadz r.a. berkata, "Ketika saya sampai di Syam, saya melihat orang-orang sujud kepada pendeta dan uskup mereka, maka engkau ya Rasulullah lebih layak untuk disujudi, jawab Nabi saw., "Tidak,.andaikan aku dapat menyuruh seorang bersujud kepada seseorang, niscaya aku akan menyuruh istri sujud kepada suaminya, karena besar jasanya kepadanya."

Ada pendapat; Sujud itu kepada Allah, tetapi Adam sebagai kiblatnya.
Oat ad ah berkata, "Fasajadu ilia Iblis abaawastakbara wa kaana minal kaa firin = Pada mulanya iblis hasud terhadap karunia Allah yang diberikan kepada Adam, lalu berkata, "Aku terjadi dari api sedang Adam dari tanah."

Dan permulaan dosa itu karena sombong. Dalam hadis sahih Nabi saw. bersabda, "Tidak dapat masuk surga orang yang dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan".

Sebagian ulama berpendapat, jika Allah memberikan kekeramatan kepada seseorang, maka yang demikian, belum tentu ia sebagai waliyullah. Bahkan ada kalanya sesuatu yang luar biasa itu (dikeramatkan) terjadi pada seseorang yang bukan waliyullah, bahkan di tangan orang kafir atau penipu. Sebagai mana yang terjadi pada Ibnu Shayyad ketika ditanya oleh Nabi saw. tentang Addukh, yaitu mengenai ayat, "Far taqib yauma ta'tissamaa'u bi dukhaanin mubin". Juga ketika ia marah dapat memenuhi jalanan sehingga dipukul oleh Abdullah bin Umar r.a.

Juga hadis yang meriwayatkan Dajjal yang akan terjadi di tangannya, beberapa kejadian yang luar biasa, sehingga dapat menyuruh langit untuk menurunkan hujan dan bumi supaya menumbuhkjan tumbuh-tumbuhannya dan ia akan membunuh pemuda dan menghidupkannya kembali dan lain-Iainnya.

Asy-Syafii dan al-Laits bin Sa'ad keduanya berkata, "Jika kalian melihat seseorang yang dapat berjalan di atas air atau terbang di udara maka kalian jangan tertipu (terpengaruh) padanya

89

sehingga kamu perhatikan (sesuaikan) amal kelakuannya pada kitab Allah dan sunnaturrasul.
Dan kami; perintahkan, "Ya Adam tinggallah anda dan istrimu dalam surga, makanlah kalian berdua dengan Ieluasa sekehendakmu dan jangan kalian mendekati pohon ini, niscaya kalian termasuk aniaya. (35). Maka setan dapat menggelincirkan mereka berdua, sehingga mengeluarkan keduanya dari segala kesenangan. Dan Kami perintahkan, Turunkan kalian, sesungguhnya setengahmu pada setengahnya bermusuhan, dan untuk kalian di atas bumi tempat tingal dan kesenangan sampai ajalnya". (36).

Dalam ayat ini Allah memberitakan kemuliaan yang diberikannya kepada Adam, sesudah menyuruh Malaikat sujud pada Adam, lalu diperintahkan pada Adam tinggal serta makan, minum dengan leluasa, sepuas-puasnya di surga.

Abu Dzar r.a. bertanya, Ya Rasulullah apakah Adam itu seorang Nabi? Jawab Nabi saw., "Ya, seorang Nabi dan Rasul yang langsung berkata-kata dengan Allah, yaitu ketika Allah berkata kepadanya, Tinggallah anda serta istrimu di dalam surga!"

Ahlussunnah berpendapat bahwa surga itu di langit sedang kaum Muktazilah dan Qadariyah berpendapat di bumi. Keterangan lebih jauh dalam surat al-A'raf.

90

Dalam susunan ayat ini menunjukkan bahwa Hawa telah dijadikan sebelum Adam masuk surga. Dan ada pendapat yang menyatakan bahwa Hawa dijadikan sesudah Adam masuk surga, sebagaimana keterangan Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat yang menyatakan bahwa iblis diusir dari surga dan Adam ditempatkan di surga, maka ia berjalan-jalan kesepian di surga, sendirian. Tiba-tiba ia ketiduran dan ketika ia bangun, sudah ada wanita di dekat kepalanya. Wanita itu sedang duduk. Wanita ini telah dijadikan olehr Allah dari tulang rusuk Adam. Kemudian wanita itu disapa oleh Adam, "Siapakah Anda?" Jawabnya, "Wanita." Lalu ditanya, "Untuk apa Anda diciptakan?" Jawabnya, "Supaya Anda jinak kepadaku." Lalu para Malaikat mendatangi Adam untuk mengetahui sampai di mana ilmunya dan bertanya, "Siapakah namanya, hai Adam?" Jawab Adam, "Hawa!" Ditanya lagi, "Mengapakah Hawa!" Jawabnya, "Karena ia dijadikan dari benda hidup!"

Wa laa taqrabaa haadzihisy syajarata = Dan kalian berdua jangan mendekati pohon ini. Ini her up a ujian Allah kepada Adam.
Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud menyebutkan pohon anggur. Orang Yahudi menyebutkan pohon gandum. Ibnu Abbas juga menyebut pohon itu Assunbullah (tiap biji yang bertangkai seperti beras, gandum atau jagung). Sufyan ats-Tsauri dari Hus-hain dari Abu Malik menyebutkan pohon kurma. Mujahid menyebut buah tin.

Ibnu Jarir at-Thabari berpendapat bahwa kesimpulannya, Allah melarang adam dan istrinya makan suatu buah yang tertentu di surga, tetapi keduanya kemudian makan buah pohon itu, karena Allah tidak menyebutkan pohon apa.
Di dalam al-Quran atau hadis yang sahih, ada yang mengatakan bahwa gandum, tin, anggur dan mungkin salah satu dari padanya, tetapi itu termasuk dari ilmu yang jika diketahui tidak penting dan jika tidak tahu juga tidak apa-apa.

Dan Allah ketika melarang, disebutkan juga bahayanya, akan menjadi zalim aniaya pada diri sendiri, berani merugikan dan membinasakan.
Fa azallahumasy syaithaanu anha = Maka setan telah menggelincirkan keduanya, sehingga mengeluarkan keduanya

91

dari berbagai kesenangan. kepuasan dan kemewahan makan, minum dan pakaian.
Wa qul nah bithu ba'dhukum liba'dhin aduwwun walakum fit ardhi mustaqarrun wamataa"un ilaahien. Kemudian Allah memerintahkan Adam, Hawa dan iblis supaya turun ke bumi, dengan catatan satu dengan yang lain menjadi musuh, untuk tinggal selama hidup hingga sampai pada ajal yang tertentu padanya.

Ubay bin Ka'ab r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda. "Sesungguhnya Allah telah menjadikan Adam seorang tinggi lebat rambutnya bagaikan pohon kurma yang tinggi, maka ketika ia makan dari pohon yang terlarang terlepas semua pakaiannya, sehingga terlihat auratnya, ketika ia melihat auratnya, ia merasa malu dan berlari-Iari di surga sehingga rambutnya tersangkut pada pohon dan ketika terpaksa terhenti karena rambutnya ia mendengar panggilan Allah, "Hai Adam apakah anda akan lari dari pada-Ku?" Ketika Adam mendengar firman Allah ia menjawab, Tidak ya Tuhanku tetapi aku malu. (R. Ib-nu Abi Hatim).

Di lain riwayat, setelah Adam berkata, "Tidak Tuhanku, tetapi malu kepada-Mu. Firman Allah, "Hai Adam, keluarlah dari sisi-Ku, maka demi kemuliaan-Ku tidak boleh berada di sisi-Ku orang yang durhaka (melanggar) perintah-Ku. Andaikan Aku menjadikan orang yang serupa dengan anda sepenuh bumi lalu berbuat maksiat, pasti akan Aku tempatkan mereka di tempat orang-orang yang maksiat". (Hadis Gharib putus sanad antara Qatadah dengan Ubay bin Ka'ab).

Ibnu Abbas berkata, "Adam tinggal di surga hanya kira-kira waktu Ashar hingga Maghrib. (Yakni sekira 130 tahun menurut hitungan hari-hari dan tahun dunia).

Ulama berbeda paham dalam menentukan surga di langit ataukah di bumi. Tetapi sekiranya kita percaya kepada Allah di surga itu cukup, terserah pada Allah apakah di langit ataukah di bumi, Allah juga berkuasa. Supaya tidak repot membicarakan bagaimana iblis dapat menipu Adam hingga diperintahkan turun dari surga. Jika Allah telah menentukan Adam harus turun ke bumi sebagai khalifah, dan di dalam ketentuan harus tinggal di surga sementara melalui ketentuan-ketentuan yang akan terjadi peristiwa yang bakal terjadi padanya.

92

Maka lebih baik kita terima apa adanya dalam ayat, kemudian kita perhatikan hikmat untuk menjadi peringatan bagi diri sendiri jangan sampai kita nanti kehilangan kesenangan sendiri disebabkan oleh pelanggaran terhadap tuntunan Allah.
Ar-Razi berkata, "Ketahuilah bahwa ayat ini merupakan ancaman yang berat bagi -tiap orang yang berbuat dosa dan maksiat."

Kemudian Adam menerima tuntunan kalimat dari Tuhan, maka Allah memberi tobat padanya. Sesungguhnya Allah Maha Pemberi tobat dan mengasihani. (37).
Kalimat dalam ayat ini dijelaskan dalam surat al-A'raaf 23,
"Qaa laa rabbanaa dhalam naa anfusanaa wa in lam tagh fir la-naa watarham na lanakunanna mina! khaasiriin = Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah berbuat zalim (aniaya) terhadap diri sendiri, jika Tuhan tidak mengampunkan memberi rahmat kepada kami niscaya kami termasuk orang yang rugi. (al-A'raaf 23).

Mujahid dari Ubaid bin Umair mengatakan bahwa Adam bertanya, "Ya, Tuhanku, dosa yang telah aku lakukan apakah sesuatu yang telah Engkau tetapkan pasti padaku ataukah hanya sesuatu yang baru aku perbuat?" Jawab Allah, "Bahkan itu telah Aku tentukan atasmu sebelum Aku menjadikanmu". Adam berkata, "Sebagaimana Tuhan telah menentukannya padaku maka ampunkanlah aku." Maka itulah artinya "Fatalaqqa min rabbihi kalimaatt".

Abul Aliyah menanggapi ayat "Fatalaqqa Aadamu min rabbihi kalimaatin fataaba alathi"; Ketika Adam telah melakukan dosa maka ia bertanya, "Ya Tuhan bagaimana jika aku bertobat dan memperbaiki?" Firman Allah, "Jika demikian maka akan Aku masukkan ke surga". Inilah kalimat yang diterima oleh Adam, sehinga diterima tobatnya.
Mujahid berkata, "Kalimat yang diterima oleh Adam dari Tuhan- untuk diterima tobatnya ialah:

93

Ya Allah tiada Tuhan kecuali Engkau, Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu, ya Tuhan aku telah berbuat aniaya (zalim) pada diriku, maka ampunkan bagiku, sungguh Engkau sebaik-baik pengampun. Ya Allah tiada Tuhan kecuali Engkau, Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu, ya Tuhan aku berbuat zalim (aniaya) pada diriku ma-ka kasihanilah aku, sungguh Engkau sebaik-baik pengasih (penyayang). Ya Allah, tiada Tuhan kecuali Engkau, Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu aku telah berbuat zalim (aniaya) pada diriku maka tobatilah aku sungguh Engkau pemberi/penerima tobat dan pengasih.

Inna Allaha huwa yaqbalut taubata an ibaa dihi = Sesungguhnya Allah yang menerima tobat para hamba-Nya.
Wa man ya'mal suu'an au yadh lim nafsahu tsumma yas tagh firillaha yajidillaha ghafuuran rahmah. Dan siapa berbuat kejahatan atau aniaya dirinya, kemudian istighfar minta ampun kepada Allah akan mendapatkan Allah Maha Pengampun lagi Penyayang. (an-Nisa' 110).

94

Kami perintahkan, "Turunlah kalian dari surga semuanya, manakala datang kepadamu dari Aku tuntunan, maka siapa yang menurut pada tuntunanKu, maka tiada rasa takut padanya dan tidak akan menyesal (berduka cita). (38). Sedang orang-orang yang kafir (ingkar) dan mendustakan ayat-ayat-Ku, mereka ahli neraka, mereka di dalamnya kekal untuk selamanya. (39).

Perintah pada Adam, Hawa dan ibtis, tetapi lanjutan khithabnya kepada turunan mereka.

Hudan berarti para Nabi dan Rasul, juga berarti al-Quran.
Faman tabi'a hudaaya; Maka siapa yang mengikuti apa yang Aku turunkan berupa kitab dan yang Aku utus dari para Rasul.
Falaa khaufun alaihim; Maka tiada sesuatu kekhawatiran atas mereka dari apa yang akan mereka hadapi di akhirat, dan mereka pun tidak akan menyesal terhadap apa yang terlepas atau tidak tercapai dari keduniaan. Ayat ini bersamaan dengan ayat 123 surat Thaha.
Firman Allah, 'Turunlah kalian dari surga, setengahmu pada setengahnya menjadi musuh, maka bila datang tuntunan dari pada-Ku maka siapa yang mengikuti tuntunan (petunjuk)-Ku, tidak akan sesat dan melarat (celaka). (Thaha 123). Dan siapa yang mengabaikan peringatan-Ku maka kehidupannya akan sengsara, dan Kami himpun di hari kiamat but a, (Thaha 124).
Walladziina kafaru wa kadz dzabu bi ayaa tina ulaa ika ash habunnaa ri hum fiiha khaaliduun. Sedang mereka yang kafir ingkar dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka ahli neraka, mereka di dalamnya kekal untuk selamanya.
Abu Said al-Khudri r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda:

95